Kamis, 17 Februari 2022

 

LAPORAN AKSI NYATA

MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF


KOMITMEN KEYAKINAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN

BUDAYA POSITIF SEKOLAH

 


 

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter peserta didik menjadi aspek “Garapan” utama dalam pendidikan selain pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan karakter biasanya dituangkan dalam peraturan sekolah, tata tertib sekolah dan diimplementasikan dalam pembelajaran. Peraturan dan tata tertib sering diiringi dengan sanksi dan hukuman jika terjadi pelanggaran. Peserta didik yang tidak disiplin waktu, terlambat, seragam tidak lengkap dan sebagainya sering kali mendapatkan sanksi dan hukuman. Sanksi dan hukuman diberikan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi pelanggaran lagi. Akibatnya terjadi keterpaksaan peserta didik untuk mengikuti peraturan dan tata tertib tersebut. Mereka disiplin karena takut terkena sanksi, takut dihukum. Andaikan peraturan dan tata tertib itu ditiadakan, apakah peserta didik masih tetap disiplin?

 Belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman. Hukuman justru adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Tujuan disiplin positif adalah untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai.

Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Mengubah peraturan kelas/sekolah menjadi keyakinan akan membuat murid lebih menyadari akan keyakinan yang sudah mereka sepakati bersama.

Sekolah perlu menciptakan budaya positif yang dibuat dengan melibatkan murid, menghargai pendapat-pendapat murid, dan disepakati oleh murid.  Nilai dan peran guru penggerak penting untuk membuat, mengawal, dan mewujudkan budaya positif. Nilai dan peran tersebut akan semakin jelas target tujuan dan sasarannya ketika dibentuk sebuah visi budaya positif.  Melalui budaya positif, murid akan lebih termotivasi untuk menjalankan keyakinan-keyakinan yang sudah disepakati serta konsekuensiya. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan konsep peraturan dan hukuman yang selama ini diterapkan di sekolah.

Selama ini untuk menciptakan budaya positif di sekolah masih menerapkan peraturan-peraturan kelas/sekolah beserta dengan sanksi dan hukumannya. Padahal setelah mempelajari modul 1.4 ini, penerapan peraturan hanyalah berdampak jangka pendek karena menekan murid untuk mematuhi pearturan tersebut. Budaya positif akan berdampak jangka panjang ketika dibuat kesepakatan keyakinan yang mendorong murid secara sadar diri untuk melakukan budaya positif tersebut. Oleh karena itu, dibutuhan program “Komitmen Budaya Positif” oleh seluruh murid agar budaya positif dapat disepakati dan dilakukan oleh semua murid.

 

 

B.     Tujuan

Tujuan dari aksi nyata ini adalah:

1.      Kolaborasi antara guru dan siswa untuk membentuk kesepakatan keyakinan kelas.

2.      Membuat pajangan keyakinan kelas

3.      Mendeklarasikan dan menyepakati bersama keyakinan kelas.\

4.      Berkomitmen menjunjung tinggi keyakinan kelas untuk menciptakan budaya positif sekolah.

 

C.    Deskripsi Aksi Nyata

1.      Perencanaan

Pada tahap perencanaan, yang dilakukan adalah:

a.       Membuat link jamboard untuk menampung aspirasi keyakinan kelas tiap peserta didik.

b.      Berkolaborasi membahas aspirasi peserta didik untuk mendapatkan keyakinan kelas yang akan disepakati.

c.       Membuat pajangan kelas berisikan keyakinan kelas

d.      Mendeklarasikan dan menyepakati keyakinan kelas dengan membubuhkan cap telapak tangan tiap peserta didik dan juga guru sebagai wujud komitmen untuk menjunjung tinggi  keyakinan kelas agar terwujud budaya positif sekolah.

2.      Pelaksanaan

Pelaksanaan aksi nyata dilakukan pada pembelajaran tatap muka (PTM). Berdasarkan hasil koordinasi dengan waka kurikulum dipilihlah kelas 7 sebagai kelas yang mendapatkan perlakuan. Waktu pelaksanaan dilakukan pada awal semester genap. Guru berserta peserta didik bercermin dan merefleksikan pengalaman budaya kelas selama semester gasal yang sudah dilakukan. Mengambil kekuatan-kekuatan yang sudah dicapai agar dapat dimaksimalkan lagi dalam sebuah keyakinan kelas. diharapkan dengan keyakinan kelas, budaya positif kelas dapat terwujudkan.

 

D.    Hasil Aksi Nyata

1.      Mengumpulkan Aspirasi Peserta Didik Secara Online Melalui Aplikasi Jamboard

a.      Ketidaknyamanan Selama Semester Gasal

Refleksi pengalaman dari sebuah ketidaknyamanan yang dirasakan selama pembelajaran semester gasal.


Gambar 1. Ketidaknyamanan/Masalah Peserta didik dalam Pembelajaran


b.      Suasana Kelas/Pembelajaran Impian Peserta Didik

Menggali harapan dan impian peserta didik terhadap suasana kelas, interaksi antar teman, interaksi peserta didik dengan guru, pembelajaran, penugasan, dan sebagainya yang ingin diperoleh di semester genap dan seterusnya.


Gambar 2. Suasana Pembelajaran Impian Peserta Didik

 

c.       Keyakinan Kelas Yang Disepakati

Guru mengenalkan apa yang dimaksud keyakinan kelas. Guru berkolaborasi dengan peserta didik membahas keyakianan kelas yang akan disepakati berdasarkan impian dan harapan peserta didik.

Gambar 3. Keyakinan Kelas Peserta Didik

 

2.      Pembuatan Pajangan Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas yang sudah disepakati antara peserta didik dan guru kemudian dituliskan dalam lembaran kertas besar untuk dipajang di kelas. Tujuan pemajangan adalah sebagai pengingat untuk memunculkan kesadaran diri, pembiasaan diri, dan menjunjung tinggi keyakinan kelas yang sudah disepakati. Dalam menangani  ketika ada kasus/ kejadian yang tidak diinginkan, pajangan dapat digunakan sebagai salah satu langkah segitiga restitusi yaitu mengingatkan kembali pada keyakinan kelas yang sudah disepakati.


Gambar 3. Pembuatan Pajangan Keyakinan Kelas

 

3.      Deklarasi Keyakinan Kelas

Deklarasi keyakinan kelas dilakukan dengan tujuan untuk menguatkan komitmen bersama guru dan peserta didik terhadap keyakinan kelas yang sudah disepakati. Langkah pertama adalah pembacaan bersama setiap poin keyakinan kelas. Selanjutnya setiap peserta didik diminta untuk membubuhkan cap telapak tangan mereka sebagai wujud persetujuan dan berkomitmen untuk menjunjung keyakinan kelas yang sudah dibuat. Bahkan guru (guru penggerak) juga ikut membubuhkan cap telapak tangannya sebagai tanda guru juga ikut berkomitmen menjaga keyakinan kelas.

Dengan deklarasi keyakinan kelas ini diharapkan kesadaran diri peserta didik sebagai motivasi internal, motivasi tertinggi, dapat terbentuk dalam diri sehingga dengan sadar diri mau menjalankan keyakinan kelas yang sudah disepakati.



 

 

Gambar 4. Deklarasi Keyakinan Kelas

4.      Produk Keyakinan Kelas

 

 

 




Gambar 5. Keyakinan Kelas 7C



E. Respon Peserta Didik

Peserta didik sangat antusias dengan pembentukan Keyakinan Kelas ini. Terlebih mereka dilibatkan dan aktif dalam menentukan merumuskan keyakinan kelas yang akan meraka sepakati bersama. Keyakinan kelas lebih mudah dihafalkan sehingga lebih mudah diingat untuk dilakukan. dengan keyakinan kelas suasana kelas menjadi lebih nyaman untuk belajar karena adanya saling menghargai, bekerja sama, tepat waktu, dan bertanggung jawab. 



F. Respon Guru

Guru mata pelajaran lain berterima kasih karena kelasnya sudah dibuatkan keyakinan kelas. sehingga kesadaran mereka untuk menjalankan keyakinan kelas semakin tinggi. guru lebih mudah mengingatkan dan mengkondisikan kelas karena sudah ada keyakinanan kelas. semoga kedepan keyakinan kelas ini akan benjadi budaya positif bagi sekolah. terima kasih guru penggerak 

G.   Refleksi Aksi Nyata

Pada awalnya, agak kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik apa itu keyakinan kelas. Hal ini dikarenakan yang dikenal dan dialami peserta didik selama belajar 6 tahun di SD adalah peraturan-peraturan kelas lengkap dengan sanksi dan hukumannya. Namun dengan guru memberikan perumpamaan:

“Mengapa perlu memakai helm saat berkendaraan?”

“Mengapa perlu memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak?”

Jika alasan memakai helm agar tidak ditilang polisi, maka memakai helm masih dianggap sebagai sebuah peraturan saja. Sekedar menghindari polisi, jika tidak ada polisi maka  tidak akan memakai helm. Namun jika memakai helm demi keamanan berkendara, maka keamanan ini adalah sebuah keyakinan. Dengan memahami memakai helm demi keamanan berkendara, maka kesadaran diri untuk memakai helm semakin kuat dan akan terus melakukan memakai helm saat berkendara karena demi keamanan diri.  Begitu juga dengan alasan memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak adalah demi Kesehatan, keselamatan, dan keamanan agar terhindar dari penyakin Covid-19 dan memutus penyebarannya.

            Setelah terbentuk keyakinan kelas dan deklarasi untuk saling berkomitmen menjaga keyakinan kelas, suasanya kelas menjadi lebih nyaman, jika ada yang melanggar keyakinan kelas juga lebih mudah untuk mengingatkan kembali keyakinan kelas apa yang sudah disepakati, sehingga manajemen kelas lebih baik dan pembelajaran lebih kondusif. Hal ini dikarenakan kesadaran peserta didik mulai muncul untuk melaksanakan keyakinan kelas dan budaya positif sudah mulai terwujud.

 

H.  Rencana Perbaikan Di Masa Mendatang

Rencana ke depan semoga dapat berkolaborasi dengan semua guru mata pelajaran tentang keyakinan kelas, sehingga tercipta budaya positif kelas dan meluas menjadi budaya positif sekolah sehingga tercipta lingkungan sekolah layaknya taman siswa Ki Hajar Dewantara yang menyenangkan dan mendukung pembentukan pendidikan karakter peserta didik.


Link Youtube Diseminasi Budaya Positif:

https://youtu.be/MDiXzjciJqc

Link Drive Penerapan Keyakinan Kelas Sebagai Upaya mewujudkan Budaya Positif

https://drive.google.com/file/d/1_6cHmaixfGXrlm_MnMss4SdV-7e52Nok/view?usp=sharing


2 komentar:

  1. Bagus bangettt....luar biasa. Siswanya sangat antusias. Anak SMK kalah nih :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih bu Dewi, anak SMK karakternya sudah beda dengan anak SMP bu. mereka sudah dewasa pola pikirnya.kalo anak SMP masih antusias diajak bermain.. Hehe

      Hapus

Silahkan komentar anda terhadap blog ini.

  AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID   JURNAL LITA JURNAL LITERASI dan BERCERITA SEBAGAI PROGRAM MEN...