Jumat, 08 April 2022

LAPORAN
AKSI NYATA MODUL 2.1 dan 2.2

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

 

PENERAPAN
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN SOSIAL-EMOSIONAL
DALAM PELAJARAN IPA SMP


 

A.    Latar Belakang Masalah

Setiap peserta didik adalah pribadi yang unik. Ki Hajar Dewantara dalam filosofi pendidikannya mengibaratkan anak bukanlah lembaran kertas kosong yang dapat dengan bebas dicorat-coret oleh pendidik, tetapi anak bagaikan lembaran kertas yang penuh dengan corat coretan yang dibawa sejak lahir sebagai kodrat alam. Satu kelas heterogen yang terdiri dari 20-32 anak tentunya memiliki karakter dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Setidaknya ada 3 macam kebutuhan belajar peserta didik, yaitu kesiapan belajar (readiness), minat belajar, dan profil belajar peserta didik. Seorang guru sangat perlu untuk memperhatikan kebutuhan belajar anak dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak agat tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Pembelajaran berdiferensiasi hadir sebagai jawaban pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru dapat melayani pemenuhan kebutuhan peserta didik, karena pembelajaran berdiferensiasi berakar dari apa kebutuhan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ peserta didik untuk belajar.

Apa Ciri-Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. 







Selain kebutuhan belajar, keterampilan social dan emosional peserta didik juga perlu diperhatikan guru. Pernahkah melihat peserta didik yang kurang menyadari keperluan dirinya sebagai peserta didik, tidak fokus belajar, hadir di kelas tetapi pikiran memikirkan hal-hal yang lain, saat diskusi tidak bisa berempati atau menghargai teman, tidak bisa bekerja sama dalam kelompok, sulit mengambil keputusan, bahkan tidak bertanggung jawab dengan pilihannya? Peserta didik perlu diajarkan keterampilan bersosial emosional melalui pembelajaran social emosional (PSE) agar lebih memahami kesadaran diri, pengendalian diri, terampil dalam bersosialisasi, mampu bekerja sama/relasi, serta dapat mengambil putusan yang bertanggung jawab.

Pembelajaran social emosional dibutuhkan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Mempersiapkan kesadaran diri untuk sepenuhnya hadir baik fisik maupun pikiran pada pembelajaran. Pengelolaan diri untuk mengelola emosi dan fokus pada tujuan yang akan dicapai. Keterampilan social untuk berempati, saling menghargai dalam menyelesaikan tugas. Keterampilan berelasi untuk bekerja sama dan berbagi peran dalam kelompok agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Serta kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dalam berbagai permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran yang berdiferensiasi.

Dengan penguasaan keterampilan social emosional yang baik serta pembelajaran yang berdiferensiasi, maka murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). Jika kebutuhan belajar murid terpenuhi, dan keterampilan sosial-emosional dapat dikuasai, maka well being akan tercipta. Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.


B.     Tujuan

Tujuan dari aksi nyata ini adalah:

1.      Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik (kesiapan belajar, minar, dan profil belajar)

2.      Mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran social emosional (PSE) dalam pembelajaran di kelas.

 

C.    Deskripsi Aksi Nyata

1.      Perencanaan

Pada tahap perencanaan, yang dilakukan adalah:

a.       Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social-emosional.

b.      Berkoordinasi dengan peserta didik terkait jadwal pembelajaran.

c.       Melaksanakan pembelajaran sesuai dengen RPP yang sudah dirancang.

2.      Pelaksanaan

Pelaksanaan aksi nyata dilakukan pada pembelajaran jarak jauh (PJJ).kelas 7 pada mata pelajaran IPA. Waktu pelaksanaan dilakukan sesuai jadwal pelajaran.

 

D.    Hasil Aksi Nyata

1.      RPP pembelajaran Berdiferensiasi dan PSE pada pembelajaran IPA SMP

Pembelajaran   : IPA

Kelas               : 7 SMP

Materi              : Pencemaran Lingkungan

Sub Materi      : Pencemaran Air, tanah, udara

Pembelajaran Berdiferensiasi:

a.      Diferensiasi Konten:

Guru memecah materi agar lebih sederhana menjadi pencemaran air, udara, dan tanah. Memberikan contoh-contoh kasus yang bersifat konkret yang dekat dengan lingkungan kehidupan sehari-hari.

b.      Difrensiasi Proses:

Guru meminta peserta didik untuk berkelompok sesuai dengan minat mereka mau menyelidiki kasus apa, pencemaran air, udara, atau tanah.

Pola pembimbingan kelompok menyesuaiakan kesiapan belajar peserta didik dalam kelompok, perlu bimbingan guru langsung, bantuan teman sebaya, atau mandiri.

c.       Diferensiasi Produk:

Guru mempersilahkan peserta didik menyajikan hasil kerja kelompoknya dalam berbagai bentuk yang mereka inginkan, bisa dalam bentuk presentasi power poin, infografis, laporan tertulis, rekaman video dan sebagainya.

 

Pembelajaran Sosial-Emosional:

Pada Kegiatan Pendahuluan

a.       KSE: Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi

Sebelum memulai pelajaran guru meminta peserta didik mengekspresikan perasaannya saat ini melalui room chat:

·         Yang dilakukan guru adalah; guru membuka room chat pada Microsoft Teams.

·         Yang dikatakan kepada murid adalah: tuangkan perasaan yang sedang kamu rasakan saat ini melalui emoji pada room chat.

(KSE Kesadaran diri).

 

b.      KSE: Pengelolaan Diri – Mengelola Emosi dan Fokus untuk Mencapai Tujuan

Agar peserta didik fokus pada pembelajaran, maka guru melakukan kegiatan ICE BREAKING daring dengan share screen “Sebut Warna bukan Tulisannya”.

·         Yang dilakukan guru adalah; guru share screen ppt “Sebut Warna bukan Tulisannya”. mengajak anak mengembalikan Fokus belajar

·         Yang dikatakan kepada murid adalah: Untuk mengembalikan fokus belajar kalian, silahkan sebutkan warna dari ppt yang guru sharescreen, kemudian secara spontan, cepat menyebutkan warna bukan tulisannya

(KSE pengelola emosi dan focus).

 

Pada Kegiatan Inti

c.       KSE: Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Saat melakukan diskusi kelompok: KSE: Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

·         Yang dilakukan guru: menyuruh murid untuk berdiskusi, bermusyawarah mufakat.

·         Yang dikatakan pada murid: bermusyawarahlah dalam diskusi kelompok untuk mengambil keputusan pencemaran apa yang akan dianalisis sampai produk laporannya. Bertanggung jawablah terhadap keputusan yang sudah diambil dengan melaksanakan keputusan kelompok sebaik-baiknya.

 

d.      KSE: Keterampilan Berelasi – Kerja Sama dan Resolusi Konflik

Selama kegiatan berkelompok, KSE: Keterampilan Berelasi – Kerja Sama dan Resolusi Konflik

·         Yang dilakukan guru: meminta semua peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugasnya.

·         Yang dikatakan pada murid: Kita harus saling bekerja sama dalam kelompok, silahkan bergotong royong, berbagi peran agar lebih ringan dalam menyelesaikan tugas. Jika terjadi konflik dalam kelompok silahkan diselesaikan dibicarakan dengan baik-baik karena kalian satu kelompok.

 

e.       KSE: Kesadaran Sosial: Keterampilan berempati

(Menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan)

Sebelum presentasi dimulai guru menerapkan KSE Kesadaran Sosial: Keterampilan berempati

·         Yang dilakukan guru: meminta semua kelompok mempresentasikan hasil karyanya bergiliran.

·         Yang dikatakan pada murid: Kita sesama teman harus bisa saling Menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan. Oleh karena itu ketika ada yang sedang presentasi harap semua memperhatikan, tidak sibuk sendiri, hargai hasil karya teman, dan tidak ada yang bilang buat hasil karya teman jelak, itu tidak baik.

 

Pada Kegiatan Penutup

f.        KSE: Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi

Sebelum kegiatan penutup melakukan Teknik STOP, yaitu salah satu teknik mindfulness yang dapat digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini dengan kesadaran penuh.

·         Yang dilakukan guru: memimpin murid melakukan Teknik STOP

·         Yang dikatakan kepada murid:


Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang kalian lakukan.

Take a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.

Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.

Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Mari kita lanjutkan kembali kegiatan refleksi dan umpan balik dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.

 

RPP Pembelajaran Berdiferensiasi dan Soial Emosional mata pelajaran IPA SMP Materi Pencemaran Lingkungan dapat di download di sini.

 

2.      Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran berjalan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau dalam jaringan menggunakan Microsoft Teams. Model pembelajaran berbasis proyek. Untuk pengelompokan dengan bantuan link padlet, jadi peserta didik mengisi kelompok berdasarkan minat peserta didik pada pencemaran air, tanah, atau udara. Setiap kelompok melakukan proyek observasi sederhana terhadap pencemaran di lingkungan masing-masing.

Pembimbingan kelompok dilakukan berdasarkan kebutuhan kelompok masing-masing baik melalui teams ataupun WA grup. Stiap kelompok membuat laporan hasil kegiatan sesuai dengan minat dan kesiapan belajar peserta didik, bisa dalam bentuk laporan word, presentasi power point, video kegiatan, atau vlog. Pembelajaran berjalan dengan lancar dan antusias peserta didik meningkat.

 

E.     Refleksi Aksi Nyata

Pada aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran Sosial-Emosional ini, pada awalnya sedikit mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan diferensiasi dan social emosional dalam RPP. Namun setelah dirancang, ternyata dalam pelaksanaannya menjadi lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pada kebutuhan peserta didik, kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Dengan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar, peserta didik dapat lebih semangat, lebih memaksimalkan kinerja belajarnya sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pembelajaran social-emosional juga sangat mendukung pembelajaran. Melalui PSE, peserta didik menjadi semakin sadar akan posisi dirinya saat ini, hadir sepenuhnya dalam pembelajaran, lebih tenang dan fokus dengan tujuan pembelajaran, dapat berlatih mengambil keputusan sesuai dengan minat nya memilih pencemaran air, tanah, atau udara, dapat bekerja sama, berbagi peran, dan saling menghormati dan berempati bahwa setiap ornag mungkin memiliki pemahaman yang berbeda dengan orang lain, serta .dapat bertanggung jawab dengan keputusannya.

Melalui pembelajaran berdiferensiasi dan social-emosional, peserta didik terlihat lebih nyaman dalam belajar karena dapat menyesuaikan dengan kesiapan, minat, profil belajarnya. Kemerdekaan belajar juga dapat terwujudkan, sehingga terwujud well-being yang memungkinkan mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi.

F.     Rencana Perbaikan Di Masa Mendatang

Rencana ke depan, memperbaiki pola diferensiasi terutama pada sisi diferensiasi proses pembelajaran agar lebih bervariasi lagi. Meningkatkan pembelajaran social emosional (PSE) baik melalui kegiatan yang terintegrasi dalam pembelajaran, kegiatan rutin, atau bahkan budaya positif sekolah sehingga keterampilan social emosional dapat dikuasai oleh peserta didik. Semoga dapat berkolaborasi dengan semua guru mata pelajaran tentang pembelajaran berdiferensiasi dan social emosional, sehingga tercipta lingkungan belajar yang mampu mengundang peserta didik untuk belajar secara merdeka dan nyaman, layaknya taman siswa Ki Hajar Dewantara yang menyenangkan.

 

G.    Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran

Video Pembelajaran Diferensiasi dan Sosial-Emosional dapat dilihat melalui link berikut:

https://youtu.be/dsgfSru4HMI

 

Gambar Berbagi Perasaan melalui Emoji Chat (Kesadaran Diri-Pengenalan Emosi)

Gambar Diferensiasi Konten

Gambar Diferensiasi Proses: Pengelompokan Berdasar Minat

Gambar Diferensiasi Produk: Berbagai Produk Laporan Sesuai Kesiapan dan Minat


Sumber: Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
                Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional


Selasa, 05 April 2022

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

COACHING


 

  • Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai peran Anda sebagai Penuntun (Sistem Among) atau seorang Coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di Modul 2 yakni Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Emosi dan Sosial. 
  • Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul 2.3 bagaimana keterampilan coaching dapat membantu profesi Anda sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid.

 

Kata coaching sering di samakan dengan mentor atau konselor. Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah coaching bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas apaitu coaching? bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan keterampilan coaching  sebagai coach?

 

A.      Pengertian Coaching

Coaching merupakan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).  Coaching menjadi kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003).

B.      Prinsip coaching:

1.       Proses Kolaborasi

2.       Fokus pada Solusi

3.       Berorientasi hasil

4.       Sistematis

5.       Fasilitator peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi coachee.

6.       Membantu coachee untuk belajar bukan mengajari


C.      Tiga Makna Coaching

International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:

“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:

1.   Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.

2.   Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.

3.     Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

.

D.      Coaching dan Sistem Among) Ki Hajar Dewantara.

 

Menilik kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang system Among, bahwa peran utama guru adalah sebagai Pamong, yaitu “Menuntun” anak, maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid).  

 

Among dalam bahasa jawa berarti memberi contoh tentang baik buruk tanpa harus mengambil hak anak agar anak bias tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka sesuai dengan dasarnya. Sistem among memberikan kesempatan seluas-luasnya pada kemandirian siswa. Peserta didik didorong untuk mengembangkan potensi diri melalui pengalaman, pemahaman, dan upayanya sendiri.

 

E.       Peran Guru Sebagai Seorang Coach Di Sekolah

Apakah Coaching dapat diterapkan di sekolah?

Peran guru sebagai Coaching selaras dengan sistem among Ki Hajar Dewantawa. Coaching bertugas menuntun dan mengarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan efektif dan bersifat asertif yang dilakukan kepada peserta didik (coachee). Dalam coaching, diharapakan solusi permasalahan dihasilkan oleh coachee sendiri. Melalui pertanyaan yang diajukan oleh guru selaku coach, peserta didik dapat menentukan apa tujuan yang ingin dicapai, mengidentifikasi permasalahan dan hambatan yang dialami yang selanjutnya diarahkan untuk menemukan apa rencana aksi yang akan dilakukan oleh coachee dan terakhir bagaiamana mengatur tanggung jawab dan komitmen terhadap rencana aksi tersebut sehingga aksi yang dilakukan dapat mendapatkan hasil yang diharapkan. Model ini disebut dengan model TIRTA.

 


 Gambar Model TIRTA

 Coaching sangat berbeda dengan mentor maupun konselor.

 



                                              Gambar perbedaan Coaching-Mentor-Konselor


F.       Refleksi Manfaat Coaching Bagi Guru Dalam Menjalankan Pendidikan Yang Berpihak Pada Peserta Didik.

Coaching dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Seperti kita ketahui bahwa peserta didik adalah pribadi yang unik layaknya kertas penuh coretan dan mereka memiliki sifat dan karekater yang berbeda-beda sebagai kodrat alam yang mereka miliki. Coaching dapat digunakan untuk menemukan kodrat alam yang dimiliki murid, melalui coaching dengan pertanyaan -- pertanyaan yang efektif, guru dapat mengidentifikasi bagaimana karakteristik peserta didik, apa kebutuhan belajar mereka, bagaimana kesiapan belajar, minat, dan profil belajar mereka. Dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik dan karakteristik yang dimilikinya, maka hasil  coaching  ini dapat digunakan sebagai bahan dalam merumuskan pemebelajaran yang berdiferensiasi dan penanaman pembelajaran social-emosional. Pembelajaran menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik, memfasilitasi kesiapan dan minat belajar mereka sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan peserta didik dapat menunjukkan hasil belajar maksimalnya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

 

Sumber:

Modul 2.3 Coaching - Pendidikan Guru Penggerak


  AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID   JURNAL LITA JURNAL LITERASI dan BERCERITA SEBAGAI PROGRAM MEN...