Senin, 28 Februari 2022

2.1.a.9 Koneksi antar materi Modul 2.1

Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh:
Muhammad Taufiq
CGP 04 Kab.Magelang

Merdeka belajar adalah sebuah program yang akhir-akhir ini sedang di angkat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Pembelajaran yang memerdekakan peserta didik, artinya pembelajaran yang bebas sesuai dengan bakat, minat dan profil peserta didik. Hal ini sesuai dengan filosofi Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, tentang pendidikan yaitu “Menghamba pada Anak”. Menurut Ki Hajar Dewantara, anak diibaratkan seperti benih tanaman, setiap benih sudah memiliki karakter masing-masing. Begitu juga dengan peserta didik, mereka merupakan pribadi-pribadi yang unik, yang memiliki karakter yang dibawa sebagai kodrat alam dan kebutuhan yang berbeda-beda.

 

Pendidikan merupakan usaha sadar menuntun anak untuk mencapai kebahagiaan. Pendidikan harus berusaha menyesuaikan dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan belajar peserta didiknya, mengikuti minat dan bakat peserta didik, serta mempertimbangkan bagaimana profil belajar mereka agar mereka bahagia selama belajar. Konsep merdeka belajar tentunya membutuhkan inovasi-inovasi pembelajaran yang dilakukan guru agar proses pembelajaran yang dikemas dapat mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan benar-benar memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Salah satu inovasi pembelajaran yang berupaya memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai pribadi-pribadi yang unik, mengedepankan merdeka belajar dan menghamba kepada peserta didik adalah Pembelajaran Berdiferensiasi.

 

Apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Coba tutup mata Anda dan ingatlah satu persatu peserta didik di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Bagaimana gaya belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang tertarik saat menghitung? Siapa yang senang menulis? Atau siapa yang justru senang berbicara? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok?

Apakah kebutuhan belajar mereka sama? Bagaimana pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan mereka?

 

Ki Hajar Dewantara, dalam filosofinya mengibaratkan guru layaknya petani yang menanam dan merawat biji tanaman. Sebagai petani tentunya harus terlebih dahulu mengetahui dan mempelajari bagaimana karakter biji yang akan ditanamnya. Cara merawat, mengairi, memupuk biji tanaman padi tentu berbeda dengan biji tanaman jagung. Ketika petani tahu apa yang dibutuhkan biji untuk tumbuh dengan baik dan melakukannya, pasti akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Begitupun guru, ketika guru mengetahui apa kebutuhan peserta didiknya sehingga guru dapat mengajar sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik dan peserta didik pun akan Bahagia.

 

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru dapat melayani pemenuhan kebutuhan peserta didik, karena pembelajaran berdiferensiasi berakar dari apa kebutuhan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ peserta didik untuk belajar.

 

Ciri-Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

·         Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga peserta didiknya.

·         Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didiknya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

·         Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

·         Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

·         Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan peserta didik mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

 

Apa Saja Kebutuhan Belajar Peserta Didik?

Setidaknya ada 3 kategori kebutuhan belajar peserta didik:

a.       Kesiapan belajar (readiness) peserta didik

kesiapan belajar peserta didik bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Kesiapan belajar berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan apa yang dimiliki peserta didik sebelumnya. Kesiapan belajar dapat diperoleh dengan cara guru terlebih dahuu bertanya jawab berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari peserta didik, pengalaman-pengalaman belajar peserta didik yang dapat dibutuhkan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Bisa juga dengan membuat kuis sebagai pemetaan awal (pra syarat) kesiapan peserta didik. Guru melakukan analisis diagnostic sebelum membuat perencanaan pembelajaran.

b.      Minat peserta didik

Minat berkaitan dengan ketertarikan, hasrat, kesenangan peserta didik yang memicu rasa keingintahuan yang tinggi terhadap pembelajaran.

c.       Profil belajar peserta didik

Profil belajar berkaitan dengan gaya belajar peserta didik yang sering dibagi menjadi 3 gaya belajar, yaitu: Auditori (suara), visual (gambar), dan kinestetik (olah tangan).

 

Peserta didik akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar),  jika tugas-tugas yang memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang peserta didik (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

 

Bagaimana Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas?

Andai seorang guru mengajar sejumlah 30 peserta didik di sebuah kelas. Tentunya dengan kebutuhan belajar yang berbeda-beda, kesiapan belajar yang beragam, minat yang bermacam-macam, belum lagi profil belajar yang bervariasi. Lantas bagaimana guru harus mengajar?

 

Apakah berarti guru tersebut harus mengajar dengan 30 cara yang berbeda? memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak? memperbanyak jumlah soal untuk peserta didik yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain?  Jika begitu, pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

 

Pembelajaran Berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang semrawut, tetapi serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan peserta didik.



Strategi pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan melalui 3 cara:

1.      Diferensiasi konten

Konten adalah apa yang guru ajarkan kepada peserta didik. Diferensiasi konten berkaitan dengan apakah materi yang diajarkan bersifat mendasar atau transformatif. Disajikan dalam bentuk konkret atau abstrak. Dimuat secara sederhana atau kompleks.

2.      Diferensiasi proses

Proses berkaitan dengan bagaimana pesertaa didik akan memahami dan memaknai informasi yang dipelajari. Diferensiasi proses pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai hal, seperti:

Apakah peserta didik akan belajar secara mandiri atau berkelompok.

Apakah kegiatan pembelajaran disusun secara terstruktur atau bersifat terbuka.

Apakah proses belajar lebih banyak bergantung kepada guru atau peserta didik dapat bekerja mandiri tanpa bimbingan.

Beberapa cara diferensiasi proses:

1.      Kegiatan berjenjang sesuai kesiapan peserta didik,

2.      Pengelompokan fleksibel, sehingga dapat dilakukan pengelompokan sesuai minat,

3.      Membuat agenda individual: daftar pekerjaan umum dan individual,

4.      Variasi lama waktu,

5.      Kegiatan bervariasi beragam gaya belajar.

 

3.      Diferensiasi produk

Produk berkaitan dengan keluaran apa yang dihasilkan peserta didik selama pembelajaran. Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan cara membebaskan peserta didik mengekspresikan bentuk hasil belajarnya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Guru mempertimbangkan kualitas pekerjaan seperti apa, konten apa, bagaimana mengerjakannya, dan apa sifat produk akhirnya.

 

Bagaimana Contoh Penerapan di kelas?

Pembelajaran IPA SMP Kelas 7 materi Pencemaran Lingkungan

Diferensiasi Konten:

Guru memecah materi agar lebih sederhana menjadi pencemaran air, udara, dan tanah. Memberikan contoh-contoh kasus yang bersifat konkret yang dekat dengan lingkungan kehidupan sehari-hari.

 

Difrensiasi Proses:

Guru mengelompokkan peserta didik sesuai dengan minat mereka mau menyelidiki kasus pencemaran air, udara, atau tanah.

Pola pembimbingan kelompok menyesuaiakan kesiapan belajar peserta didik dalam kelompok, perlu bimbingan guru langsung, bantuan teman sebaya, atau mandiri.

 

Diferensiasi Produk:

Guru mempersilahkan peserta didik menyajikan hasil kerja kelompoknya dalam berbagai bentuk yang mereka inginkan, bisa dalam bentuk presentasi power poin, infografis, laporan tertulis, rekaman video dan sebagainya.

 

Melalui pembelajaran diferensiasi, guru dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik: kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, maka motivasi, emosional, dan keingintahuan peserta didik lebih kuat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Kemerdekaan belajar juga terwujudkan selama proses pembelajaran. Pembelajaran “menghamba” pada anak, Dan yang utama adalah pembelajaran berpihak pada peserta didik dan untuk peserta didik.  Tujuan pembelajaran untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan peserta didik dapat terwujudkan.

 

Sumber: Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Peserta didik melalui Pembelajaran Berdiferensiasi (Pendidikan Guru Penggerak- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

1 komentar:

  1. Sangat menginpirasi pemaparan mas Taufik ini, dari uraian tersebut saya jadi lebih paham tentang pembelajaran berdiferensiasi, salam semangat...

    BalasHapus

Silahkan komentar anda terhadap blog ini.

  AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID   JURNAL LITA JURNAL LITERASI dan BERCERITA SEBAGAI PROGRAM MEN...