Senin, 28 Februari 2022

2.1.a.9 Koneksi antar materi Modul 2.1

Merdeka Belajar Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh:
Muhammad Taufiq
CGP 04 Kab.Magelang

Merdeka belajar adalah sebuah program yang akhir-akhir ini sedang di angkat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Pembelajaran yang memerdekakan peserta didik, artinya pembelajaran yang bebas sesuai dengan bakat, minat dan profil peserta didik. Hal ini sesuai dengan filosofi Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, tentang pendidikan yaitu “Menghamba pada Anak”. Menurut Ki Hajar Dewantara, anak diibaratkan seperti benih tanaman, setiap benih sudah memiliki karakter masing-masing. Begitu juga dengan peserta didik, mereka merupakan pribadi-pribadi yang unik, yang memiliki karakter yang dibawa sebagai kodrat alam dan kebutuhan yang berbeda-beda.

 

Pendidikan merupakan usaha sadar menuntun anak untuk mencapai kebahagiaan. Pendidikan harus berusaha menyesuaikan dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan belajar peserta didiknya, mengikuti minat dan bakat peserta didik, serta mempertimbangkan bagaimana profil belajar mereka agar mereka bahagia selama belajar. Konsep merdeka belajar tentunya membutuhkan inovasi-inovasi pembelajaran yang dilakukan guru agar proses pembelajaran yang dikemas dapat mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan benar-benar memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Salah satu inovasi pembelajaran yang berupaya memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai pribadi-pribadi yang unik, mengedepankan merdeka belajar dan menghamba kepada peserta didik adalah Pembelajaran Berdiferensiasi.

 

Apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Coba tutup mata Anda dan ingatlah satu persatu peserta didik di kelas Anda. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Bagaimana gaya belajar mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang tertarik saat menghitung? Siapa yang senang menulis? Atau siapa yang justru senang berbicara? Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok?

Apakah kebutuhan belajar mereka sama? Bagaimana pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan mereka?

 

Ki Hajar Dewantara, dalam filosofinya mengibaratkan guru layaknya petani yang menanam dan merawat biji tanaman. Sebagai petani tentunya harus terlebih dahulu mengetahui dan mempelajari bagaimana karakter biji yang akan ditanamnya. Cara merawat, mengairi, memupuk biji tanaman padi tentu berbeda dengan biji tanaman jagung. Ketika petani tahu apa yang dibutuhkan biji untuk tumbuh dengan baik dan melakukannya, pasti akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Begitupun guru, ketika guru mengetahui apa kebutuhan peserta didiknya sehingga guru dapat mengajar sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik dan peserta didik pun akan Bahagia.

 

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru dapat melayani pemenuhan kebutuhan peserta didik, karena pembelajaran berdiferensiasi berakar dari apa kebutuhan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ peserta didik untuk belajar.

 

Ciri-Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

·         Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga peserta didiknya.

·         Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didiknya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

·         Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

·         Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

·         Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan peserta didik mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

 

Apa Saja Kebutuhan Belajar Peserta Didik?

Setidaknya ada 3 kategori kebutuhan belajar peserta didik:

a.       Kesiapan belajar (readiness) peserta didik

kesiapan belajar peserta didik bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Kesiapan belajar berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan apa yang dimiliki peserta didik sebelumnya. Kesiapan belajar dapat diperoleh dengan cara guru terlebih dahuu bertanya jawab berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari peserta didik, pengalaman-pengalaman belajar peserta didik yang dapat dibutuhkan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Bisa juga dengan membuat kuis sebagai pemetaan awal (pra syarat) kesiapan peserta didik. Guru melakukan analisis diagnostic sebelum membuat perencanaan pembelajaran.

b.      Minat peserta didik

Minat berkaitan dengan ketertarikan, hasrat, kesenangan peserta didik yang memicu rasa keingintahuan yang tinggi terhadap pembelajaran.

c.       Profil belajar peserta didik

Profil belajar berkaitan dengan gaya belajar peserta didik yang sering dibagi menjadi 3 gaya belajar, yaitu: Auditori (suara), visual (gambar), dan kinestetik (olah tangan).

 

Peserta didik akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar),  jika tugas-tugas yang memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang peserta didik (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

 

Bagaimana Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas?

Andai seorang guru mengajar sejumlah 30 peserta didik di sebuah kelas. Tentunya dengan kebutuhan belajar yang berbeda-beda, kesiapan belajar yang beragam, minat yang bermacam-macam, belum lagi profil belajar yang bervariasi. Lantas bagaimana guru harus mengajar?

 

Apakah berarti guru tersebut harus mengajar dengan 30 cara yang berbeda? memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak? memperbanyak jumlah soal untuk peserta didik yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain?  Jika begitu, pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

 

Pembelajaran Berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang semrawut, tetapi serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan peserta didik.



Strategi pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan melalui 3 cara:

1.      Diferensiasi konten

Konten adalah apa yang guru ajarkan kepada peserta didik. Diferensiasi konten berkaitan dengan apakah materi yang diajarkan bersifat mendasar atau transformatif. Disajikan dalam bentuk konkret atau abstrak. Dimuat secara sederhana atau kompleks.

2.      Diferensiasi proses

Proses berkaitan dengan bagaimana pesertaa didik akan memahami dan memaknai informasi yang dipelajari. Diferensiasi proses pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai hal, seperti:

Apakah peserta didik akan belajar secara mandiri atau berkelompok.

Apakah kegiatan pembelajaran disusun secara terstruktur atau bersifat terbuka.

Apakah proses belajar lebih banyak bergantung kepada guru atau peserta didik dapat bekerja mandiri tanpa bimbingan.

Beberapa cara diferensiasi proses:

1.      Kegiatan berjenjang sesuai kesiapan peserta didik,

2.      Pengelompokan fleksibel, sehingga dapat dilakukan pengelompokan sesuai minat,

3.      Membuat agenda individual: daftar pekerjaan umum dan individual,

4.      Variasi lama waktu,

5.      Kegiatan bervariasi beragam gaya belajar.

 

3.      Diferensiasi produk

Produk berkaitan dengan keluaran apa yang dihasilkan peserta didik selama pembelajaran. Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan cara membebaskan peserta didik mengekspresikan bentuk hasil belajarnya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Guru mempertimbangkan kualitas pekerjaan seperti apa, konten apa, bagaimana mengerjakannya, dan apa sifat produk akhirnya.

 

Bagaimana Contoh Penerapan di kelas?

Pembelajaran IPA SMP Kelas 7 materi Pencemaran Lingkungan

Diferensiasi Konten:

Guru memecah materi agar lebih sederhana menjadi pencemaran air, udara, dan tanah. Memberikan contoh-contoh kasus yang bersifat konkret yang dekat dengan lingkungan kehidupan sehari-hari.

 

Difrensiasi Proses:

Guru mengelompokkan peserta didik sesuai dengan minat mereka mau menyelidiki kasus pencemaran air, udara, atau tanah.

Pola pembimbingan kelompok menyesuaiakan kesiapan belajar peserta didik dalam kelompok, perlu bimbingan guru langsung, bantuan teman sebaya, atau mandiri.

 

Diferensiasi Produk:

Guru mempersilahkan peserta didik menyajikan hasil kerja kelompoknya dalam berbagai bentuk yang mereka inginkan, bisa dalam bentuk presentasi power poin, infografis, laporan tertulis, rekaman video dan sebagainya.

 

Melalui pembelajaran diferensiasi, guru dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik: kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, maka motivasi, emosional, dan keingintahuan peserta didik lebih kuat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Kemerdekaan belajar juga terwujudkan selama proses pembelajaran. Pembelajaran “menghamba” pada anak, Dan yang utama adalah pembelajaran berpihak pada peserta didik dan untuk peserta didik.  Tujuan pembelajaran untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan peserta didik dapat terwujudkan.

 

Sumber: Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Peserta didik melalui Pembelajaran Berdiferensiasi (Pendidikan Guru Penggerak- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Sabtu, 19 Februari 2022

 

LAPORAN AKSI NYATA

MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

 

VISI:

MEWUJUDKAN PELAJAR PANCASILA BERKETERAMPILAN ABAD 21 

MELALUI MERDEKA BELAJAR.

 

PRAKARSA PERUBAHAN:

MENUNTUN ANAK BERNALAR KRITIS DAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN




 

A.    Latar Belakang Masalah

Setiap guru pasti memiliki harapan seperti apa peserta didik yang dihasilkan dari pendidikan. Dalam menjalankan aktifitas mendidikanya, guru harus memiliki tujuan yang jelas terhadap peserta didiknya. Peserta didik adalah generasi masa depan bangsa sehingga guru juga harus berpandangan ke depan akan kebutuhan sikap, pengetahuan,dan keterampilan seperti apa yang dibutuhkan peserta didik pada zamannya. Karena peserta didik akan hidup pada zamannya bukan zaman sekarang. Agar guru dapat lebih terarah setiap langkahnya, lebih jelas tujuan apa yang ingin di capai, maka guru perlu membuat sebuah visi guru.

Menurut Wibisono (2006: 43), visi adalah serangkaian kata-kata yang mengungkapkan impian, cita-cita, rencana, harapan sebuah perkumpulan, perusahaan atau organisasi yang ingin dicapai di masa mendatang. Dalam Modul 1.3 Visi Guru Penggerak disebutkan salah satu tujuan visi, yaitu untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari kondisi saat ini. Jika guru ibarat seorang pelari, maka visi membantu guru untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis “start” dan membayangkan garis “finish” seperti apa yang ingin dicapai.

Melihat kondisi saat ini sebagai “start”, setelah pandemic covid-19 yang memaksa pembelajaran dilakukan secara jarak jauh atau dalam jaringan (daring) ternyata selain berdampak positif terhadap pembelajaran yang semakin kreatif dengan memanfaatkan platform-platform online untuk pembelajaran juga ada sisi kekurangannya terutama dalam pembentukan karakter peserta didik. Karakter dapat terbentuk karena diajarkan,dilatih, dan dijadikan pembiasaan. Sementara selama pandemic, guru kesulitan menyentuh ranah karakter peserta didik karena dibatasi oleh jarak yang menyebabkan guru tidak dapat bertemu langsung dengan peserta didik, serta terbatasnya komunikasi yang dapat dilakukan antara guru dan peserta didik yang hanya melalui zoom, meet, Whatsapp group, dan sebagainya.

Karakter profil pelajar Pancasila sedang menjadi tujuan pendidikan saat ini. Profil pelajar Pancasila dengan enam ciri utama, meliputi: (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif. Guru dituntut untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila ini dimiliki oleh setiap peserta didik melalui merdeka belajar.

Di sisi lain, melihat kondisi zaman, peserta didik akan hidup pada zamannya, yaitu zaman abad 21. Pada abad 21 ini, sekolah dituntut untuk mengajarkan peserta didik keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa disebut dengan 4C. Keterampilan abad 21 sangat dibutuhkan oleh peserta didik agar dapat berjuang, dan bersaing di era Revolusi Industry 4.0.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka guru menentukan:

Visi guru penggerak yaitu:

Mewujudkan Pelajar Pancasila Berketerampilan Abad 21 Melalui Merdeka Belajar

Dengan Prakarsa perubahan yang akan dilakukan pada aksi nyata ini adalah:

Menuntun anak bernalar kritis dan komunikatif dalam pembelajaran

 

B.     Tujuan

Tujuan dari aksi nyata ini adalah:

1.      Membentuk visi guru penggerak yang akan dicapai.

2.      Menerapkan teori BAGJA dalam mewujudkan visi menujudkan pelajar Pancasila berketerampilan abad 21

3.      Melatihkan kepada peserta didik keterampilan abad 21, berpikir kritis (Critical Thinking) dan komunikasi (Communication)

 

C.    Deskripsi Aksi Nyata

1.      Menentukan Visi Guru

Berdasarkan pada permasalahan (sesuai dengan latar belakang aksinya ini) yang ditemukan guru selama pembelajaran jarak jauh (daring) dimana karakter profil pelajar Pancasila belum dapat terolah dengan baik, serta melihat kebutuhan peserta didik yang akan hidup dan bersaing pada zamannya, yaitu abad 21, maka guru menentukan:

Visi guru penggerak yaitu:

Mewujudkan Pelajar Pancasila Berketerampilan Abad 21 Melalui Merdeka Belajar

Dengan Prakarsa perubahan yang akan dilakukan pada aksi nyata ini adalah:

Menuntun anak bernalar kritis dan komunikatif dalam pembelajaran

 

2.      Perencanaan

Dalam penentukan visi guru penggerak, perlu menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif (IA) dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Jika manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Dengan mencari dan mempertahankan kekuatan yang sudah dicapai maka kelemahan dan kekurangan serta ketidakadaan dapat menjadi tidak relevan.

Tahapan utama dalam pendekatan Inkuiri Apresiatif adalah BAGJA. Dalam bahasa Sunda, BAGJA artinya bahagia. Adapun Langkah-langkah BAGJA adalah sebagai berikut:

1.      Buat Pertanyaan Utama. merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang diinginkan atau diimpikan.

2.      Ambil Pelajaran. mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut.

3.      Gali Mimpi. menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di sekolah. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas.

4.      Jabarkan Rencana. merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi.

5.      Atur Eksekusi. Di bagian ini, memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan.

 

Deskripsi aksi nyata pada modul 1.3 visi guru penggerak ini dapat dilihat dari tabel BAGJA yang telah disusun sebagai berikut:

VISI:

 Mewujudkan Pelajar Pancasila Berketerampilan Abad 21 Melalui Merdeka Belajar

 

PRAKARSA

PERUBAHAN

Perubahan: Menuntun anak bernalar kritis dan komunikatif dalam pembelajaran

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan

B-uat pertanyaan (Define)

Mengapa anak-anak dengan kemampuan rata-rata cenderung pasif dalam pembelajaran?

Mengapa mereka jarang mengkomunikasikan pendapat atau gagasan mereka?

Bagaimanakah karakter alamiah  (kodrat alam) kepribadian mereka?

Melakukan dialog santai dengan anak-anak untuk menggali karakter alamiah anak (kodrat alam yang dibawa anak sejak lahir dan didikan keluarga).

Melakukan pendekatan dan wawancara pada anak.

 

Membuat angket KPoP “Kenali Potensi Pribadimu”

A-mbil pelajaran (Discover)

Bagaimanakah aset peta kekuatan potensi anak didik?

 

Bagaimana kemampuan guru dan sarana prasarana untuk mengaktifkan bernalar kritis dan komunikatif anak didik?

Menganalisis angket KPoP “Kenali Potensi Pribadimu” untuk menarik garis kesimpulan peta kekuatan anak didik

Berdiskusi dengan Guru BK terkait karakter anak dan cara menumbuhkan berpikir kritis dan komunikatif

Berkolaborasi dengan rekan guru yang sudah dapat mengaktifkan anak-anak dalam pembelajaran.

Membuat forum diskusi guru untuk meningkatkan kompetensi mengaktifkan bernalar kritis dan komunikatif anak

G-ali mimpi (Dream)

Perubahan anak didik seperti apa yang ingin diharapkan?

Pembelajaran seperti apa yang diinginkan?

Membuat target visi perubahan yang diharapkan:

1.      Anak didik yang dapat bernalar kritis terhadap permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Anak didik yang berani mengutarakan pendapat, berani mengkomunikasikan ide, gagasan, dan hasil pemikirannya.

3.      Guru yang dapat menuntun pembelajaran yang aktif, menyenangkan, menuntun anak bernalar kritis terhadap permasalahn, pembelajaran diskusi dan presentasi yang berjalan lancar

4.      Anak didik yang semuanya terlibat aktif dalam pembelajaran tidak hanya didominasi beberapa anak saja.

J-abarkan rencana (Design)

Bagaimana cara menuntun anak dengan kemampuan rata-rata dapat aktif berpikir kritis dan komunikatif dalam pembelajaran?

Membuat perencanaan pembelajaran berbasis PBL (Problem Based Learning) mengangkat permasalah yang dekat dengan kehidupan anak didik.

Pembagian kelompok diskusi yang Heterogen

Menerapkan Kartu keaktifan anak didik dimana setiap anak dituntun untuk aktif bernalar kritis dan berkomunikasi

Melakukan presentasi dengan system Undian dengan aplikasi “Wheel of names” sehingga semua anak didik dituntun untuk siap presentasi dan mendapat kesempatan yang sama.

Berkolaborasi dengan guru lain dalam team teaching agar semua anak mendapatkan perhatian selama pembelajaran.

Pemberian Motivasi akan pentingnya bernalar kritis dan komunikatif serta pemberian reward positif pada anak didik

A-tur eksekusi (Deliver)

Siapa yang terlibat dalam visi perubahan ini?

 

Kapan dilakukan?

 

 

Bagaimana Hasil yang diperoleh?

Melakukan kolaborasi antara CGP, rekan guru, anak didik, BK, dan tentunya Kepala sekolah

Melakukan penjadwalan:

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Melakukan refleksi pembelajaran akan keaktifan anak dalam bernalar kritis dan komunikatif.

Meminta refleksi dari rekan guru

 

D.    Hasil Aksi Nyata

Melalui pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan guru, keterampilan abad 21 yaitu berfikir kritis dan komunikasi dapat dilatihkan kepada peserta didik. Hasilnya adalah:

1.      Melalui kegiatan kelompok,peserta didik dapat berlatih bekerja sama,bergotong royong sebagai salah satu profil pelajar Pancasila.

2.      Melalui kasus permasalahan yang disajikan, peserta didik yang dapat bernalar kritis mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Melalui kegiatan presentasi hasil, peserta didik berani mengutarakan pendapat, berani mengkomunikasikan ide, gagasan, dan hasil pemikirannya.

4.      Guru yang dapat menuntun pembelajaran yang aktif, menyenangkan, menuntun anak bernalar kritis terhadap permasalahn, pembelajaran diskusi dan presentasi yang berjalan lancar

 

 

E.     Refleksi Aksi Nyata

Kegiatan aksi nyata visi guru penggerak, menuntun anak bernalar kritis dan komunikatif dalam pembelajaran secara umum berjalan dengan lancar. Kegiatan kelompok melatih bekerja sama,gotong royong sebagai profil pelajar Pancasila dapat berjalan dengan baik. Sebagian besar peserta didik mampu berpikir kritis dan mengkomunikasikan hasilnya. Namun masih tampak beberapa anak yang masih belum mampu bernalar kritis. Mereka belum dapat menganalisis permasalahkan yang disajikan, belum dapat mengaitkan suatu hal dengan hal lain dalam memecahkan masalah yang diberikan. Selain itu, beberapa anak juga masih belum berani mengkomunikasikan presentasi terkait hasil pekerjaannya di depan kelas.

 

F.     Rencana Perbaikan Di Masa Mendatang

Rencana perbaikan mendatang adalah lebih sering melaksanakan pembelajaran yang melatihkan keterampilan abad 21, terutama kemampuan bernalar kritis (Critical thinking) dan berkomunikasi (Comunication). Dengan sering dilatih, diharapkan kemampuan anak semakin meningkat sehingga keterampilan abad 21 dapat dikuasai anak dengan baik.

 

G.    Dokumentasi Kegiatan



Gambar Kegiatan Kerja Kelompok Berpikir Kritis Memecahkan Masalah


Gambar Mempresentasikan Hasil Diskusi Untuk Melatih Komunikasi
 

 


 


  AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID   JURNAL LITA JURNAL LITERASI dan BERCERITA SEBAGAI PROGRAM MEN...