Senin, 23 Mei 2022

 

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Muhammad Taufiq

CGP Angkatan 4 Kabupaten Magelang

 


Setiap manusia adalah pemimpin. Kata-kata tersebut memang benar adanya, setidaknya sebagai pemimpin atas dirinya. Terlebih sebagai seorang guru, guru adalah pemimpin pembelajaran, pemimpin dari peserta didik, pemimpin kelompok belajar, pemimpin para guru, pemimpin sebuah sekolah sebagai Lembaga pembelajaran.

 

Pemimpin adalah sosok yang sangat penting yang harus mengambil keputusan. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu  keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpin, yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid.

 

Suatu pengambilan keputusan dapat dihadapkan pada 2 tipe permasalahan. Dalam modul 3.1 dijelaskan 2 tipe permasalah yaitu dilema etika dan bujukan moral.

 APA ITU DILEMA ETIKA DAN BUJUKAN MORAL?

 Dilema etika   (Benar vs Benar)

Situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan.

 Bujukan Moral (Benar vs Salah)

Situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Melakukan hal yang salah walaupun untuk tujuan yang baik tetap saja SALAH, contoh mencontek, berbohong untuk kebaikan dll.

 

 EMPAT PARADIGMA DILEMA ETIKA

Dilema etika itu adalah kondisi dimana seseorang harus mengabil salah satu keputusan dari benar dan benar, ini sulit karena keduanya sama-sama benar. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

 2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan).

 3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

 4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

 

TIGA PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ada tiga prinsip yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

 

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.

 

9 LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan dilema yang terjadi dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan positif yang hendak dicapai. Karena itu agar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat, berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, maka seorang guru selain berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri, perlu menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut :

 

1.         Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.         Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.         Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4.         Pengujian benar atau salah

a.         Uji Legal

b.         Uji Regulasi/Standar Profesional

c.         Uji Intuisi

d.         Uji Halaman Depan Koran

e.         Uji Panutan/Idola

5.         Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

a.         Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b.         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c.         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d.         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

6.         Melakukan Prinsip Resolusi

a.         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.         Investigasi Opsi Trilema

8.         Buat Keputusan

9.         Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

 

Melalui 9 langkah pengambilan keputusan tersebut, maka keputusan yang diambil akan lebih tepat, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

 

Materi pengambilan keputusan ini sangat penting karena sangat bermanfaat bagi guru terutama dalam menghadapi dilemma etika yang terjadi baik dalam pembelajaran maupun persoalan sekolah. Dalam rangka “Membumikan” materi pengambilan keputusan ini,  saya akan mencoba menerapkan konsep pengambilan keputusan disetiap permasalahan yang saya alami di kelas/disekolah. Adapun langkah-langkah yang saya lakukan adalah:

 

1.      Membiasakan diri dan berlatih berkesadaran penuh (mindfulness) dalam merespon dilema yang dihadapi dengan menerapkan Teknik STOP:

 

Pengenalan emosi diri dapat membantu guru untuk dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat. Itu sebabnya penting untuk menerapkan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self awareness).

 

Untuk mencapai pemahaman kesadaran diri, dapat mempraktikkan kesadaran penuh (mindfulness) dengan Teknik STOP. Teknik STOP adalah salah satu teknik mindfulness yang dapat digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini dengan kesadaran penuh.

 

STOP yang merupakan akronim dari:

Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.

Take a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.

Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.

Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.

 

2.      Melakukan diskusi dengan rekan guru mengenai permasalahan apa yang tengah dan sering mereka hadapi di sekolah, baik dengan siswa ataupun masalah dalam pekerjaannya.

 

3.      Melakukan identifikasi permasalahan yang sedang dihadapi atau yang sedang terjadi di sekolah, jika permasalahan antara benar dan benar maka termasuk dilema etika, sedangkan jika berkaitan dengan benar dan salah maka termasuk bujukan moral.

 

4.      Berkoordinasi dengan sesame Guru penggerak di sekolah untuk merencanakan diseminasi pengambilan keputusan kepada warga sekolah.

 

5.      Berkoordinasi dengan waka kurikulum dan kepala sekolah untuk mengadakan diseminasi kepada rekan-rekan sejawat, dan mengagendakan waktu pelaksanaannya, sehingga tidak mengganggu tugas mengajar guru.

 

6.      Melakukan sosialisasi kepada rekan-rekan sesama guru terkait 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

 

7.      Mendampingi dan belajar bersama teman sejawat dalam penerapan pengambilan keputusan berdasarkan dilema etika yang sedang mereka hadapi.

 

8.      Melakukan evaluasi mengenai sejauh mana pemahaman teman sejawat mengenai sosialisasi yang telah dilakukan.

 

Kegiatan “Diseminasi Pengambilan Keputusan” akan direncanakan sekitar akhir bulan Mei. Dikarenakan pada akhir bulan Mei siswa melakukan kegiatan Penilaian Akhir Tahun sehingga tidak ada pembelajaran.

 

Demi kelancaran dan kesuksesan kegiatan diseminasi tentunya pada pelaksanaannya membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, diantaranya rekan CGP terkait penyampaian materi, guru IT terkait sarana dan prasarana, Kepala Sekolah sebagai pemimpin dan penggerak para guru, dan seluruh warga sekolah.

 

Komunikasi, koordinasi, serta kolaborasi yang baik antar warga sekolah, diharapkan kegiatan diseminasi pengambilan keputusan dapat berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai bahwa seluruh warga sekolah mampu memahami dan menerapkan pengambilan keputusan dengan baik dalam menghadapi dilemma etika yang terjadi di sekolah dapat sukses tercapai.Melalui pengambilan keputusan yang baik, maka keputusan -keputusan yang diambil pun akan membawa kebaikan untuk guru, murid, sekolah, serta meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

Rabu, 18 Mei 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 Muhamad Taufiq,M.Pd

CGP Angkatan 04

Kabupaten Magelang Jawa Tengah


1.   Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

 

Setiap manusia adalah pemimpin. Kata-kata tersebut memang benar adanya, setidaknya sebagai pemimpin atas dirinya. Terlebih sebagai seorang guru, guru adalah pemimpin pembelajaran, pemimpin dari peserta didik, pemimpin kelompok belajar, pemimpin para guru, pemimpin sebuah sekolah sebagai Lembaga pembelajaran.

 

Pemimpin adalah sosok yang sangat penting yang harus mengambil keputusan. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu  keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpin, yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid.

 

Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil. Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan “ing ngarso sung tuladha”, “ing madya mangun karsa”, “Tut wuri Handayani”. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memposisikan diri, ketika di depan bisa memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Guru harus menyadari bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik yang membawa kodrat alam dan kodrat zamannya. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru menerapkan system pamong, membimbing peserta didik dengan keteladanan agar menjadi contoh baik, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi melalui coaching agar peserta didik dapat menentukan keputusan-keputusan yang diambil secara bijak, serta mendukung keputusan peserta didik agar dapat menjadi peserta didik yang ungguh. Guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana.

2.  Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, ada 3 prinsip yaitu:

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

 

Prinsip yang dipilih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang sudah tertanam dalam diri. Keputusan yang diambil seseorang merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi orang tersebut. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai kebajikan universal meliputi  hal-hal seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.

Seorang guru dengan nilai kepedulian yang tinggi memilih prinsip berpikir berbasis rasa peduli sehingga pasti keputusannya sangat dipengaruhi oleh rasa peduli nya terhadap peserta didik, menyelamatkan peserta didik. Namun seorang guru dengan kedisiplinan tinggi, taat dan tunduk pada aturan lebih memilih berpikir berbasis peraturan dalam mengambil keputusannya.

3.  Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Kegiatan coaching sangat bermanfaat dalam melatih saya selaku pendidik dalam menghadapi berbagai permasalahan/ dilemma yang terjadi. Melalui model TIRTA

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

 memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik agar coachee dapat secara kesadaran penuh menemukan sendiri solusi permasalahan yang dihadapi. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka.

Coaching sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral yang terjadi. Dalam pengambilan keputusan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang efektif dan bijak.

 

Pembimbingan (coaching) yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih menjadi coach, coachee, dan observer, mempraktikkan coaching dengan rekan sejawat,serta berlatih menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Melalui pembimbingan saya dapat mengevaluasi langkah dan keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah efektif,bijak, sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

 

4.  Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yang perlu dikelola guru adalah:

1.      Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)

2.      Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

3.      Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4.      Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)

5.      Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Dalam menghadapi sebuah dilema etika, guru harus (1) hadir dengan kesadaran penuh untuk memahami dan menghayati apa dilema yang terjadi karena dilema etika adalah dilema antara benar melawan benar. Pengelolaan emosi diperlukan agar dapat berfikir jernih. (2) Pengambilan keputusan harus fokus pada penetapan dan pencapaian tujuan yang positif. (3) Hadirnya rasa empati kepada orang lain (kesadaran social) akan menghadirkan kepekaan guru akan dilemma yang terjadi, selain itu juga dapat mempengaruhi sudut pandang pengambilan keputusan. (4) Pengambilan keputusan juga mempertimbangkan hubungan dalam membangun relasi serta (5) harus dapat dipertanggung jawabkan secara benar.

 

5.     Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, dan berpihak pada murid. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

6.     Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan dilema yang terjadi dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan positif yang hendak dicapai. Karena itu agar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat, berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, maka seorang guru selain berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri, perlu menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut :

 

1.         Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.         Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.         Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4.         Pengujian benar atau salah

a.        Uji Legal

b.        Uji Regulasi/Standar Profesional

c.        Uji Intuisi

d.       Uji Halaman Depan Koran

e.        Uji Panutan/Idola

5.         Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

a.         Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b.         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c.         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d.         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

6.         Melakukan Prinsip Resolusi

a.         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.         Investigasi Opsi Trilema

8.         Buat Keputusan

9.         Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

 

Melalui 9 langkah pengambilan keputusan tersebut, maka keputusan yang diambil akan lebih tepat, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

7.   Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

 

Iya, kesulitan terbesar terjadi karena proses pengambilan keputusan yang tepat dan efektif ini perlu adanya perubahan paradigma. Paradigma lama yang sudah membudaya di sekolah tentunya akan sulit untuk diubah begitu saja. Diperlukan kesadaran penuh untuk dapat menerima paradigma-paradigma baru. Apalagi jika paradigma baru pengambilan keputusan tersebut bertentangan dengan paradigma lama yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun.

Padahal dalam pengambilan keputusan juga melibatkan paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

Terkadang sistem yang berjalan memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan pihak lain. Selain itu, komitmen warga sekolah untuk menjalankan keputusan bersama juga belum sepenuhnya melaksanakan dengan penuh kesdaran. Yang ketiga kadang kala keputusan yang diambil tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga masih muncul banyak pertentangan dalam menjalankannya.

 

8.    Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

 

Pendidik adalah pemimpin pembelajaran. Pemimpin harus dapat mengambil keputusan secara tepat,efektif, dan bijak. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran pendidik harus mampu menentukan pendekatan, model, metode, dan media apa yang tepat untuk diambil. Hal ini tentunya berdasarkan pada pemetaan kebutuhan belajar murid, minat, dan profil belajar mereka. Melalui langkah-langkah pengambilan keputusan yang benar, maka pendidik sebagai pemimpin pembelajaran akan melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid, salah satunya melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social emosional sehingga seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan pengambilan keputusan mampu memfasilitasi dan memerdekakan murid dalam proses pembelajaran di sekolah.

 

9.      Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pendidik, sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya dikarenakan pengambilan keputusan dalam pembelajaran dapat berpengaruh pada bagaimana proses pembelajaran akan berlangsung. Pembelajaran yang berpihak pada murid, memenuhi kebutuhab belajar murid, memerdekakan murid, maka murid akan sangat antusias melaksanakan segala kegiatan belajarnya. Antusiasme murid akan melejitkan potensi-potensi mereka sehingga mereka dapat berprestasi. Namun,jika pendidik salah dalam mengambil keputusan pembelajaran, maka kebutuhan murid tidak akan terpenuhi, potensi-potensi murid tidak dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat mempengaruhi masa depan murid-murid tersebut.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Melalui semua rangkaian kegiatan pembelajaran Paket Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dan juga koneksi dengan materi materi modul sebelumnya. Sebagai guru, mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memulai mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah dan semakin yakin dengan keputusan-keputusan yang harus diambil karena melalui 9 tahapan pengambilan keputusan yang benar. Keputusan-keputusan yang diambil guru akan semakin menguatkan jati diri guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang meletakkan kepentingan murid sebagai yang utama seiring dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang telah dipelajari di modul sebelumnya. Sebagai seorang pendidik, harus memposisikan diri untuk terus belajar dan berusaha menjadi suri teladan bagi murid-murid kita dengan melakukan yang terbaik dan terus berpegang pada nilai-nilai kebajikan agar murid-murid kita tumbuh menjadi manusia Indonesia yang berintegritas dan berkarakter dan senantiasa mengambil keputusan-keputusan yang etis dan manusiawi.

  AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID   JURNAL LITA JURNAL LITERASI dan BERCERITA SEBAGAI PROGRAM MEN...