Senin, 23 Mei 2022

 

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Muhammad Taufiq

CGP Angkatan 4 Kabupaten Magelang

 


Setiap manusia adalah pemimpin. Kata-kata tersebut memang benar adanya, setidaknya sebagai pemimpin atas dirinya. Terlebih sebagai seorang guru, guru adalah pemimpin pembelajaran, pemimpin dari peserta didik, pemimpin kelompok belajar, pemimpin para guru, pemimpin sebuah sekolah sebagai Lembaga pembelajaran.

 

Pemimpin adalah sosok yang sangat penting yang harus mengambil keputusan. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu  keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpin, yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid.

 

Suatu pengambilan keputusan dapat dihadapkan pada 2 tipe permasalahan. Dalam modul 3.1 dijelaskan 2 tipe permasalah yaitu dilema etika dan bujukan moral.

 APA ITU DILEMA ETIKA DAN BUJUKAN MORAL?

 Dilema etika   (Benar vs Benar)

Situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan.

 Bujukan Moral (Benar vs Salah)

Situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Melakukan hal yang salah walaupun untuk tujuan yang baik tetap saja SALAH, contoh mencontek, berbohong untuk kebaikan dll.

 

 EMPAT PARADIGMA DILEMA ETIKA

Dilema etika itu adalah kondisi dimana seseorang harus mengabil salah satu keputusan dari benar dan benar, ini sulit karena keduanya sama-sama benar. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.

 2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan).

 3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

 4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

 

TIGA PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ada tiga prinsip yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

 

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.

 

9 LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan dilema yang terjadi dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan positif yang hendak dicapai. Karena itu agar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat, berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, maka seorang guru selain berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri, perlu menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut :

 

1.         Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.         Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.         Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4.         Pengujian benar atau salah

a.         Uji Legal

b.         Uji Regulasi/Standar Profesional

c.         Uji Intuisi

d.         Uji Halaman Depan Koran

e.         Uji Panutan/Idola

5.         Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

a.         Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b.         Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c.         Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d.         Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

6.         Melakukan Prinsip Resolusi

a.         Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.         Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.         Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7.         Investigasi Opsi Trilema

8.         Buat Keputusan

9.         Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

 

Melalui 9 langkah pengambilan keputusan tersebut, maka keputusan yang diambil akan lebih tepat, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

 

Materi pengambilan keputusan ini sangat penting karena sangat bermanfaat bagi guru terutama dalam menghadapi dilemma etika yang terjadi baik dalam pembelajaran maupun persoalan sekolah. Dalam rangka “Membumikan” materi pengambilan keputusan ini,  saya akan mencoba menerapkan konsep pengambilan keputusan disetiap permasalahan yang saya alami di kelas/disekolah. Adapun langkah-langkah yang saya lakukan adalah:

 

1.      Membiasakan diri dan berlatih berkesadaran penuh (mindfulness) dalam merespon dilema yang dihadapi dengan menerapkan Teknik STOP:

 

Pengenalan emosi diri dapat membantu guru untuk dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat. Itu sebabnya penting untuk menerapkan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self awareness).

 

Untuk mencapai pemahaman kesadaran diri, dapat mempraktikkan kesadaran penuh (mindfulness) dengan Teknik STOP. Teknik STOP adalah salah satu teknik mindfulness yang dapat digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini dengan kesadaran penuh.

 

STOP yang merupakan akronim dari:

Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.

Take a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.

Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.

Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.

 

2.      Melakukan diskusi dengan rekan guru mengenai permasalahan apa yang tengah dan sering mereka hadapi di sekolah, baik dengan siswa ataupun masalah dalam pekerjaannya.

 

3.      Melakukan identifikasi permasalahan yang sedang dihadapi atau yang sedang terjadi di sekolah, jika permasalahan antara benar dan benar maka termasuk dilema etika, sedangkan jika berkaitan dengan benar dan salah maka termasuk bujukan moral.

 

4.      Berkoordinasi dengan sesame Guru penggerak di sekolah untuk merencanakan diseminasi pengambilan keputusan kepada warga sekolah.

 

5.      Berkoordinasi dengan waka kurikulum dan kepala sekolah untuk mengadakan diseminasi kepada rekan-rekan sejawat, dan mengagendakan waktu pelaksanaannya, sehingga tidak mengganggu tugas mengajar guru.

 

6.      Melakukan sosialisasi kepada rekan-rekan sesama guru terkait 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

 

7.      Mendampingi dan belajar bersama teman sejawat dalam penerapan pengambilan keputusan berdasarkan dilema etika yang sedang mereka hadapi.

 

8.      Melakukan evaluasi mengenai sejauh mana pemahaman teman sejawat mengenai sosialisasi yang telah dilakukan.

 

Kegiatan “Diseminasi Pengambilan Keputusan” akan direncanakan sekitar akhir bulan Mei. Dikarenakan pada akhir bulan Mei siswa melakukan kegiatan Penilaian Akhir Tahun sehingga tidak ada pembelajaran.

 

Demi kelancaran dan kesuksesan kegiatan diseminasi tentunya pada pelaksanaannya membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, diantaranya rekan CGP terkait penyampaian materi, guru IT terkait sarana dan prasarana, Kepala Sekolah sebagai pemimpin dan penggerak para guru, dan seluruh warga sekolah.

 

Komunikasi, koordinasi, serta kolaborasi yang baik antar warga sekolah, diharapkan kegiatan diseminasi pengambilan keputusan dapat berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai bahwa seluruh warga sekolah mampu memahami dan menerapkan pengambilan keputusan dengan baik dalam menghadapi dilemma etika yang terjadi di sekolah dapat sukses tercapai.Melalui pengambilan keputusan yang baik, maka keputusan -keputusan yang diambil pun akan membawa kebaikan untuk guru, murid, sekolah, serta meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar anda terhadap blog ini.

  AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID   JURNAL LITA JURNAL LITERASI dan BERCERITA SEBAGAI PROGRAM MEN...