LAPORAN AKSI NYATA
MODUL 1.4
BUDAYA POSITIF
KOMITMEN KEYAKINAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN
BUDAYA POSITIF SEKOLAH
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter peserta didik menjadi aspek “Garapan” utama dalam pendidikan selain pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan karakter biasanya dituangkan dalam peraturan sekolah, tata tertib sekolah dan diimplementasikan dalam pembelajaran. Peraturan dan tata tertib sering diiringi dengan sanksi dan hukuman jika terjadi pelanggaran. Peserta didik yang tidak disiplin waktu, terlambat, seragam tidak lengkap dan sebagainya sering kali mendapatkan sanksi dan hukuman. Sanksi dan hukuman diberikan untuk memberikan efek jera agar peserta didik tidak mengulangi pelanggaran lagi. Akibatnya terjadi keterpaksaan peserta didik untuk mengikuti peraturan dan tata tertib tersebut. Mereka disiplin karena takut terkena sanksi, takut dihukum. Andaikan peraturan dan tata tertib itu ditiadakan, apakah peserta didik masih tetap disiplin?
Belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan
memberi hukuman. Hukuman justru adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau
perlu tidak digunakan sama sekali. Tujuan disiplin positif adalah untuk menjadi
orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang
mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka
telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang
tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap
berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin
menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai.
Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih
memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang
akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada
hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Mengubah peraturan kelas/sekolah
menjadi keyakinan akan membuat murid lebih menyadari akan keyakinan yang sudah
mereka sepakati bersama.
Sekolah perlu menciptakan budaya positif
yang dibuat dengan melibatkan murid, menghargai pendapat-pendapat murid, dan
disepakati oleh murid. Nilai dan peran guru penggerak penting untuk
membuat, mengawal, dan mewujudkan budaya positif. Nilai dan peran tersebut akan
semakin jelas target tujuan dan sasarannya ketika dibentuk sebuah visi budaya
positif. Melalui budaya
positif, murid akan lebih termotivasi untuk menjalankan keyakinan-keyakinan
yang sudah disepakati serta konsekuensiya. Hal ini tentunya sangat berbeda
dengan konsep peraturan dan hukuman yang selama ini diterapkan di sekolah.
Selama ini untuk
menciptakan budaya positif di sekolah masih menerapkan peraturan-peraturan
kelas/sekolah beserta dengan sanksi dan hukumannya. Padahal setelah mempelajari
modul 1.4 ini, penerapan peraturan hanyalah berdampak jangka pendek karena
menekan murid untuk mematuhi pearturan tersebut. Budaya positif akan berdampak
jangka panjang ketika dibuat kesepakatan keyakinan yang mendorong murid secara
sadar diri untuk melakukan budaya positif tersebut. Oleh karena itu, dibutuhan
program “Komitmen Budaya Positif” oleh seluruh murid agar budaya positif dapat
disepakati dan dilakukan oleh semua murid.
B. Tujuan
Tujuan dari aksi nyata ini adalah:
1. Kolaborasi
antara guru dan siswa untuk membentuk kesepakatan keyakinan kelas.
2. Membuat
pajangan keyakinan kelas
3. Mendeklarasikan
dan menyepakati bersama keyakinan kelas.\
4. Berkomitmen
menjunjung tinggi keyakinan kelas untuk menciptakan budaya positif sekolah.
C. Deskripsi
Aksi Nyata
1. Perencanaan
Pada
tahap perencanaan, yang dilakukan adalah:
a. Membuat
link jamboard untuk menampung aspirasi keyakinan kelas tiap peserta didik.
b. Berkolaborasi
membahas aspirasi peserta didik untuk mendapatkan keyakinan kelas yang akan
disepakati.
c. Membuat
pajangan kelas berisikan keyakinan kelas
d. Mendeklarasikan
dan menyepakati keyakinan kelas dengan membubuhkan cap telapak tangan tiap
peserta didik dan juga guru sebagai wujud komitmen untuk menjunjung tinggi keyakinan kelas agar terwujud budaya positif
sekolah.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan aksi nyata dilakukan pada
pembelajaran tatap muka (PTM). Berdasarkan hasil koordinasi dengan waka
kurikulum dipilihlah kelas 7 sebagai kelas yang mendapatkan perlakuan. Waktu
pelaksanaan dilakukan pada awal semester genap. Guru berserta peserta didik bercermin
dan merefleksikan pengalaman budaya kelas selama semester gasal yang sudah
dilakukan. Mengambil kekuatan-kekuatan yang sudah dicapai agar dapat
dimaksimalkan lagi dalam sebuah keyakinan kelas. diharapkan dengan keyakinan
kelas, budaya positif kelas dapat terwujudkan.
D. Hasil
Aksi Nyata
1. Mengumpulkan
Aspirasi Peserta Didik Secara Online Melalui Aplikasi Jamboard
a. Ketidaknyamanan
Selama Semester Gasal
Refleksi pengalaman dari sebuah ketidaknyamanan yang
dirasakan selama pembelajaran semester gasal.
Gambar 1. Ketidaknyamanan/Masalah
Peserta didik dalam Pembelajaran
b. Suasana
Kelas/Pembelajaran Impian Peserta Didik
Menggali harapan dan impian peserta didik terhadap
suasana kelas, interaksi antar teman, interaksi peserta didik dengan guru,
pembelajaran, penugasan, dan sebagainya yang ingin diperoleh di semester genap
dan seterusnya.
Gambar 2. Suasana Pembelajaran Impian
Peserta Didik
c. Keyakinan
Kelas Yang Disepakati
Guru mengenalkan apa yang dimaksud keyakinan kelas.
Guru berkolaborasi dengan peserta didik membahas keyakianan kelas yang akan
disepakati berdasarkan impian dan harapan peserta didik.
Gambar 3. Keyakinan Kelas Peserta
Didik
2. Pembuatan
Pajangan Keyakinan Kelas
Keyakinan kelas yang
sudah disepakati antara peserta didik dan guru kemudian dituliskan dalam
lembaran kertas besar untuk dipajang di kelas. Tujuan pemajangan adalah sebagai
pengingat untuk memunculkan kesadaran diri, pembiasaan diri, dan menjunjung
tinggi keyakinan kelas yang sudah disepakati. Dalam menangani ketika ada kasus/ kejadian yang tidak
diinginkan, pajangan dapat digunakan sebagai salah satu langkah segitiga
restitusi yaitu mengingatkan kembali pada keyakinan kelas yang sudah
disepakati.
Gambar 3. Pembuatan Pajangan
Keyakinan Kelas
3. Deklarasi
Keyakinan Kelas
Deklarasi keyakinan kelas
dilakukan dengan tujuan untuk menguatkan komitmen bersama guru dan peserta
didik terhadap keyakinan kelas yang sudah disepakati. Langkah pertama adalah
pembacaan bersama setiap poin keyakinan kelas. Selanjutnya setiap peserta didik
diminta untuk membubuhkan cap telapak tangan mereka sebagai wujud persetujuan
dan berkomitmen untuk menjunjung keyakinan kelas yang sudah dibuat. Bahkan guru
(guru penggerak) juga ikut membubuhkan cap telapak tangannya sebagai tanda guru
juga ikut berkomitmen menjaga keyakinan kelas.
Dengan deklarasi
keyakinan kelas ini diharapkan kesadaran diri peserta didik sebagai motivasi
internal, motivasi tertinggi, dapat terbentuk dalam diri sehingga dengan sadar
diri mau menjalankan keyakinan kelas yang sudah disepakati.
Gambar 4. Deklarasi Keyakinan Kelas
4. Produk
Keyakinan Kelas
Gambar 5. Keyakinan Kelas 7C
E. Respon Peserta Didik
G. Refleksi
Aksi Nyata
Pada
awalnya, agak kesulitan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik apa itu
keyakinan kelas. Hal ini dikarenakan yang dikenal dan dialami peserta didik
selama belajar 6 tahun di SD adalah peraturan-peraturan kelas lengkap dengan
sanksi dan hukumannya. Namun dengan guru memberikan perumpamaan:
“Mengapa
perlu memakai helm saat berkendaraan?”
“Mengapa
perlu memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak?”
Jika alasan memakai helm
agar tidak ditilang polisi, maka memakai helm masih dianggap sebagai sebuah
peraturan saja. Sekedar menghindari polisi, jika tidak ada polisi maka tidak akan memakai helm. Namun jika memakai
helm demi keamanan berkendara, maka keamanan ini adalah sebuah keyakinan.
Dengan memahami memakai helm demi keamanan berkendara, maka kesadaran diri
untuk memakai helm semakin kuat dan akan terus melakukan memakai helm saat
berkendara karena demi keamanan diri. Begitu
juga dengan alasan memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak adalah demi
Kesehatan, keselamatan, dan keamanan agar terhindar dari penyakin Covid-19 dan
memutus penyebarannya.
Setelah terbentuk keyakinan kelas dan deklarasi untuk
saling berkomitmen menjaga keyakinan kelas, suasanya kelas menjadi lebih
nyaman, jika ada yang melanggar keyakinan kelas juga lebih mudah untuk
mengingatkan kembali keyakinan kelas apa yang sudah disepakati, sehingga
manajemen kelas lebih baik dan pembelajaran lebih kondusif. Hal ini dikarenakan
kesadaran peserta didik mulai muncul untuk melaksanakan keyakinan kelas dan
budaya positif sudah mulai terwujud.
H. Rencana
Perbaikan Di Masa Mendatang
Rencana ke depan
semoga dapat berkolaborasi dengan semua guru mata pelajaran tentang keyakinan
kelas, sehingga tercipta budaya positif kelas dan meluas menjadi budaya positif
sekolah sehingga tercipta lingkungan sekolah layaknya taman siswa Ki Hajar Dewantara
yang menyenangkan dan mendukung pembentukan pendidikan karakter peserta didik.
Link Youtube Diseminasi Budaya Positif:
Link Drive Penerapan Keyakinan Kelas Sebagai Upaya mewujudkan Budaya Positif
https://drive.google.com/file/d/1_6cHmaixfGXrlm_MnMss4SdV-7e52Nok/view?usp=sharing
Bagus bangettt....luar biasa. Siswanya sangat antusias. Anak SMK kalah nih :-)
BalasHapusmakasih bu Dewi, anak SMK karakternya sudah beda dengan anak SMP bu. mereka sudah dewasa pola pikirnya.kalo anak SMP masih antusias diajak bermain.. Hehe
Hapus