2.1.a.9 Koneksi antar materi Modul 2.1
Merdeka
Belajar Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Oleh:
Muhammad Taufiq
CGP 04 Kab.Magelang
Merdeka
belajar adalah sebuah program yang akhir-akhir ini sedang di angkat oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Pembelajaran yang memerdekakan peserta
didik, artinya pembelajaran yang bebas sesuai dengan bakat, minat dan profil
peserta didik. Hal ini sesuai dengan filosofi Bapak Pendidikan Indonesia, Ki
Hajar Dewantara, tentang pendidikan yaitu “Menghamba pada Anak”. Menurut Ki
Hajar Dewantara, anak diibaratkan seperti benih tanaman, setiap benih sudah
memiliki karakter masing-masing. Begitu juga dengan peserta didik, mereka
merupakan pribadi-pribadi yang unik, yang memiliki karakter yang dibawa sebagai
kodrat alam dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Pendidikan
merupakan usaha sadar menuntun anak untuk mencapai kebahagiaan. Pendidikan
harus berusaha menyesuaikan dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan belajar
peserta didiknya, mengikuti minat dan bakat peserta didik, serta
mempertimbangkan bagaimana profil belajar mereka agar mereka bahagia selama
belajar. Konsep merdeka belajar tentunya membutuhkan inovasi-inovasi
pembelajaran yang dilakukan guru agar proses pembelajaran yang dikemas dapat
mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan benar-benar memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik. Salah satu inovasi pembelajaran yang berupaya memenuhi
kebutuhan peserta didik sebagai pribadi-pribadi yang unik, mengedepankan
merdeka belajar dan menghamba kepada peserta didik adalah Pembelajaran
Berdiferensiasi.
Apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?
Coba
tutup mata Anda dan ingatlah satu persatu peserta didik di kelas Anda.
Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda? Bagaimana gaya belajar
mereka? Apa minat mereka? Siapakah yang tertarik saat menghitung? Siapa yang
senang menulis? Atau siapa yang justru senang berbicara? Siapakah yang paling
menyukai kegiatan kelompok? Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja
kelompok?
Apakah
kebutuhan belajar mereka sama? Bagaimana pembelajaran yang dapat memenuhi
kebutuhan mereka?
Ki
Hajar Dewantara, dalam filosofinya mengibaratkan guru layaknya petani yang menanam
dan merawat biji tanaman. Sebagai petani tentunya harus terlebih dahulu
mengetahui dan mempelajari bagaimana karakter biji yang akan ditanamnya. Cara merawat,
mengairi, memupuk biji tanaman padi tentu berbeda dengan biji tanaman jagung. Ketika
petani tahu apa yang dibutuhkan biji untuk tumbuh dengan baik dan melakukannya,
pasti akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Begitupun guru, ketika guru
mengetahui apa kebutuhan peserta didiknya sehingga guru dapat mengajar sesuai
dengan kebutuhan peserta didiknya, maka tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan baik dan peserta didik pun akan Bahagia.
Menurut
Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta
didik. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru dapat melayani pemenuhan
kebutuhan peserta didik, karena pembelajaran berdiferensiasi berakar dari apa kebutuhan
belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Menciptakan lingkungan
belajar yang “mengundang’ peserta didik untuk belajar.
Ciri-Ciri
Pembelajaran Berdiferensiasi?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
·
Kurikulum
yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi
bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga peserta
didiknya.
·
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar peserta didiknya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber
yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
·
Bagaimana
mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ peserta didik
untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu bahwa akan
selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
·
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru
menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas.
Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan
yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
·
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru
tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif
yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan peserta didik mana yang masih
ketinggalan, atau sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu mencapai
tujuan belajar yang ditetapkan.
Apa Saja Kebutuhan Belajar Peserta Didik?
Setidaknya
ada 3 kategori kebutuhan belajar peserta didik:
a.
Kesiapan
belajar (readiness) peserta didik
kesiapan belajar peserta didik bukanlah
tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang
apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik saat ini,
sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Kesiapan
belajar berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan apa yang dimiliki peserta
didik sebelumnya. Kesiapan belajar dapat diperoleh dengan cara guru terlebih
dahuu bertanya jawab berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari peserta
didik, pengalaman-pengalaman belajar peserta didik yang dapat dibutuhkan dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Bisa juga dengan membuat kuis
sebagai pemetaan awal (pra syarat) kesiapan peserta didik. Guru melakukan
analisis diagnostic sebelum membuat perencanaan pembelajaran.
b.
Minat
peserta didik
Minat berkaitan dengan ketertarikan, hasrat,
kesenangan peserta didik yang memicu rasa keingintahuan yang tinggi terhadap
pembelajaran.
c.
Profil
belajar peserta didik
Profil belajar berkaitan dengan gaya belajar
peserta didik yang sering dibagi menjadi 3 gaya belajar, yaitu: Auditori
(suara), visual (gambar), dan kinestetik (olah tangan).
Peserta didik akan menunjukkan kinerja
yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan
keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar), jika tugas-tugas yang memicu keingintahuan
atau hasrat dalam diri seorang peserta didik (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar).
Bagaimana Menerapkan Pembelajaran
Berdiferensiasi di Kelas?
Andai seorang guru mengajar sejumlah 30
peserta didik di sebuah kelas. Tentunya dengan kebutuhan belajar yang berbeda-beda,
kesiapan belajar yang beragam, minat yang bermacam-macam, belum lagi profil
belajar yang bervariasi. Lantas bagaimana guru harus mengajar?
Apakah berarti guru tersebut harus mengajar
dengan 30 cara yang berbeda? memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak? memperbanyak
jumlah soal untuk peserta didik yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain?
Jika begitu, pembelajaran yang semrawut
(chaotic), yang gurunya harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran
sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B
atau si C dalam waktu yang bersamaan.
Pembelajaran Berdiferensiasi bukanlah
pembelajaran yang semrawut, tetapi serangkaian keputusan masuk akal (common
sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta
didik. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran
berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau
pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan
menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar,
menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan peserta didik.
Strategi pembelajaran berdiferensiasi
dapat dilakukan melalui 3 cara:
1.
Diferensiasi konten
Konten adalah apa yang guru ajarkan kepada
peserta didik. Diferensiasi konten berkaitan dengan apakah materi yang diajarkan
bersifat mendasar atau transformatif. Disajikan dalam bentuk konkret atau
abstrak. Dimuat secara sederhana atau kompleks.
2.
Diferensiasi proses
Proses berkaitan dengan bagaimana pesertaa
didik akan memahami dan memaknai informasi yang dipelajari. Diferensiasi proses
pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai hal, seperti:
Apakah peserta didik akan belajar secara mandiri
atau berkelompok.
Apakah kegiatan pembelajaran disusun
secara terstruktur atau bersifat terbuka.
Apakah proses belajar lebih banyak bergantung kepada guru atau peserta didik dapat bekerja mandiri tanpa bimbingan.
Beberapa cara diferensiasi proses:
1.
Kegiatan
berjenjang sesuai kesiapan peserta didik,
2.
Pengelompokan
fleksibel, sehingga dapat dilakukan pengelompokan sesuai minat,
3.
Membuat
agenda individual: daftar pekerjaan umum dan individual,
4.
Variasi
lama waktu,
5.
Kegiatan
bervariasi beragam gaya belajar.
3.
Diferensiasi produk
Produk berkaitan dengan keluaran apa yang
dihasilkan peserta didik selama pembelajaran. Diferensiasi produk dapat
dilakukan dengan cara membebaskan peserta didik mengekspresikan bentuk hasil
belajarnya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Guru
mempertimbangkan kualitas pekerjaan seperti apa, konten apa, bagaimana
mengerjakannya, dan apa sifat produk akhirnya.
Bagaimana Contoh Penerapan di kelas?
Pembelajaran IPA SMP Kelas 7 materi Pencemaran
Lingkungan
Diferensiasi Konten:
Guru memecah materi agar lebih sederhana menjadi
pencemaran air, udara, dan tanah. Memberikan contoh-contoh kasus yang bersifat
konkret yang dekat dengan lingkungan kehidupan sehari-hari.
Difrensiasi Proses:
Guru mengelompokkan peserta didik sesuai
dengan minat mereka mau menyelidiki kasus pencemaran air, udara, atau tanah.
Pola pembimbingan kelompok menyesuaiakan
kesiapan belajar peserta didik dalam kelompok, perlu bimbingan guru langsung, bantuan
teman sebaya, atau mandiri.
Diferensiasi Produk:
Guru mempersilahkan peserta didik
menyajikan hasil kerja kelompoknya dalam berbagai bentuk yang mereka inginkan,
bisa dalam bentuk presentasi power poin, infografis, laporan tertulis, rekaman
video dan sebagainya.
Melalui pembelajaran diferensiasi, guru
dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik:
kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Dengan pembelajaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, maka motivasi, emosional, dan
keingintahuan peserta didik lebih kuat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal. Kemerdekaan belajar juga terwujudkan selama proses pembelajaran.
Pembelajaran “menghamba” pada anak, Dan yang utama adalah pembelajaran berpihak
pada peserta didik dan untuk peserta didik. Tujuan pembelajaran untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan peserta didik dapat terwujudkan.
Sumber: Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Peserta
didik melalui Pembelajaran Berdiferensiasi (Pendidikan Guru Penggerak-
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)