DEMONSTRASI
KONTEKSTUAL MODUL 3.1
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Muhammad Taufiq
CGP
Angkatan 4 Kabupaten Magelang
Setiap manusia adalah pemimpin. Kata-kata tersebut memang benar adanya, setidaknya sebagai pemimpin atas dirinya. Terlebih sebagai seorang guru, guru adalah pemimpin pembelajaran, pemimpin dari peserta didik, pemimpin kelompok belajar, pemimpin para guru, pemimpin sebuah sekolah sebagai Lembaga pembelajaran.
Pemimpin
adalah sosok yang sangat penting yang harus mengambil keputusan. Keberhasilan
seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil
suatu keputusan yang efektif.
Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan
arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpin, yang tentunya berdampak
kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid.
Suatu
pengambilan keputusan dapat dihadapkan pada 2 tipe permasalahan. Dalam modul
3.1 dijelaskan 2 tipe permasalah yaitu dilema etika dan bujukan moral.
Situasi
yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua
pilihan secara moral benar tetapi bertentangan.
Situasi
yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Melakukan
hal yang salah walaupun untuk tujuan yang baik tetap saja SALAH, contoh
mencontek, berbohong untuk kebaikan dll.
Dilema
etika itu adalah kondisi dimana seseorang harus mengabil salah satu keputusan
dari benar dan benar, ini sulit karena keduanya sama-sama benar. Secara umum
ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang
bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1.
Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
Dilema individu melawan masyarakat adalah
bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok
kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang
harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok
membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain
sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus
dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.
Kadang memang benar untuk memegang
peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang
benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat
terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat
dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan).
Kadang kita perlu untuk membuat pilihan
antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang
lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita
menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang
telah dibuat sebelumnya.
Paradigma ini paling sering terjadi dan
mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik
untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.
TIGA PRINSIP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ada
tiga prinsip yang seringkali membantu
dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus
dihadapi pada dunia saat ini (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut
adalah:
1.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking)
2.
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
3.
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Perlu
diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang
mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa
tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
9
LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Suatu
keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan dilema yang terjadi
dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan positif yang hendak dicapai.
Karena itu agar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat, berdampak
pada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, maka seorang guru
selain berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri, perlu
menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut
:
1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang
saling bertentangan dalam situasi ini.
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini
4. Pengujian benar atau salah
a. Uji
Legal
b. Uji
Regulasi/Standar Profesional
c. Uji
Intuisi
d. Uji
Halaman Depan Koran
e. Uji
Panutan/Idola
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
a. Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
b. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
c. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
d. Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
6. Melakukan Prinsip Resolusi
a. Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
b. Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
c. Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Melalui
9 langkah pengambilan keputusan tersebut, maka keputusan yang diambil akan
lebih tepat, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Materi
pengambilan keputusan ini sangat penting karena sangat bermanfaat bagi guru
terutama dalam menghadapi dilemma etika yang terjadi baik dalam pembelajaran
maupun persoalan sekolah. Dalam rangka “Membumikan” materi pengambilan
keputusan ini, saya akan mencoba
menerapkan konsep pengambilan keputusan disetiap permasalahan yang saya alami
di kelas/disekolah. Adapun langkah-langkah yang saya lakukan adalah:
1.
Membiasakan
diri dan berlatih berkesadaran penuh (mindfulness) dalam merespon dilema
yang dihadapi dengan menerapkan Teknik STOP:
Pengenalan
emosi diri dapat membantu guru untuk dapat merespon terhadap kondisinya sendiri
secara lebih tepat. Itu sebabnya penting untuk menerapkan latihan berkesadaran
penuh (mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self
awareness).
Untuk
mencapai pemahaman kesadaran diri, dapat mempraktikkan kesadaran penuh
(mindfulness) dengan Teknik STOP. Teknik STOP adalah salah satu teknik
mindfulness yang dapat digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini
dengan kesadaran penuh.
STOP
yang merupakan akronim dari:
Stop/
Berhenti.
Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.
Take
a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar.
Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar
dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.
Observe/
Amati.
Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang
sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas.
Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.
Proceed/
Lanjutkan.
Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang
lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.
2.
Melakukan
diskusi dengan rekan guru mengenai permasalahan apa yang tengah dan sering
mereka hadapi di sekolah, baik dengan siswa ataupun masalah dalam pekerjaannya.
3.
Melakukan
identifikasi permasalahan yang sedang dihadapi atau yang sedang terjadi di
sekolah, jika permasalahan antara benar dan benar maka termasuk dilema etika, sedangkan
jika berkaitan dengan benar dan salah maka termasuk bujukan moral.
4.
Berkoordinasi
dengan sesame Guru penggerak di sekolah untuk merencanakan diseminasi
pengambilan keputusan kepada warga sekolah.
5.
Berkoordinasi
dengan waka kurikulum dan kepala sekolah untuk mengadakan diseminasi kepada
rekan-rekan sejawat, dan mengagendakan waktu pelaksanaannya, sehingga tidak mengganggu
tugas mengajar guru.
6.
Melakukan
sosialisasi kepada rekan-rekan sesama guru terkait 4 paradigma dilemma etika, 3
prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran.
7.
Mendampingi
dan belajar bersama teman sejawat dalam penerapan pengambilan keputusan
berdasarkan dilema etika yang sedang mereka hadapi.
8.
Melakukan
evaluasi mengenai sejauh mana pemahaman teman sejawat mengenai sosialisasi yang
telah dilakukan.
Kegiatan
“Diseminasi Pengambilan Keputusan” akan direncanakan sekitar akhir bulan Mei.
Dikarenakan pada akhir bulan Mei siswa melakukan kegiatan Penilaian Akhir Tahun
sehingga tidak ada pembelajaran.
Demi
kelancaran dan kesuksesan kegiatan diseminasi tentunya pada pelaksanaannya
membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, diantaranya rekan CGP terkait
penyampaian materi, guru IT terkait sarana dan prasarana, Kepala Sekolah
sebagai pemimpin dan penggerak para guru, dan seluruh warga sekolah.
Komunikasi,
koordinasi, serta kolaborasi yang baik antar warga sekolah, diharapkan kegiatan
diseminasi pengambilan keputusan dapat berjalan lancar dan tujuan yang ingin
dicapai bahwa seluruh warga sekolah mampu memahami dan menerapkan pengambilan
keputusan dengan baik dalam menghadapi dilemma etika yang terjadi di sekolah
dapat sukses tercapai.Melalui pengambilan keputusan yang baik, maka keputusan
-keputusan yang diambil pun akan membawa kebaikan untuk guru, murid, sekolah,
serta meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.