2.2.a.9.
Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional
Sebagai seorang guru/pendidik, pernahkah
anda merasakan saat Anda melakukan pembelajaran di kelas tetapi pikiran Anda
memikirkan hal-hal lain di luar pembelajaran? Seperti memikirkan proposal
kegiatan murid, rapat dengan dewan guru, laporan keuangan, masalah keluarga dan
lain sebagainya? Apa yang Anda rasakan saat dalam kondisi tersebut?
Mungkin Anda akan merasa tertekan
dengan pikiran yang begitu banyak, gagal fokus, bahkan bisa jadi stress. Kemudian,
sadarkah Anda? Bahwa kondisi tersebut dapat mempengaruhi sikap social dan emosional
Anda sebagai guru sehingga berdampak
pada sikap Tindakan Anda saat pembelajaran, mudah marah, mudah menyalahkan, bahkan
salah dalam mengambil keputusan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tugas
seorang guru tidak hanya kegiatan belajar mengajar saja, tetapi juga dapat
ditunjuk untuk mengurusi berbagai hal dan juga berbagai jabatan, seperti kurikulum,
keuangan, kegiatan kesiswaan, kegiatan keagamaan, hari besar, kegiatan
kedinasan, dan berbagai keperluan sekolah lainnya. Sering kali tugas-tugas datang
dalam waktu yang bersamaan sehingga guru menjadi kehilangan konsentrasi, dan
tertekan dengan berbagai pikiran yang harus diselesaikan.
Selain guru, murid-murid pun
dapat mengalami situasi yang sama. selain mendapat tugas-tugas akademik dan non
akademik , mereka juga dihadapkan dengan pertumbuhan dan perkembangan diri, hubungan
pertemanan, keluarga, mempersiapkan masa depan yang akan dicapai dan
sebagainya.
Kompetensi Sosial-Emosional
Gambar 2. Kompetensi Sosial Emosioanal CASEL
Mengacu pada kerangka CASEL
(Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) (www.casel.org), Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan
anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
1. memberikan
pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
2. menetapkan
dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3. merasakan
dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. membangun
dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
5. membuat
keputusan yang bertanggung jawab.
(pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Implementasi Pembelajaran Sosial
dan Emosional (PSE) dapat dilakukan
dengan 4 cara:
1. Mengajarkan
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara
spesifik dan eksplisit
2. Mengintegrasikan
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya
interaksi dengan murid
3. Mengubah
kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
4. Mempengaruhi
pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.
Pembelajaran Sosial dan Emosional
berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif,
fokus, dan eksplisit diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup
(Well-being) ekosistem sekolah. Menurut kamus Oxford English Dictionary,
well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia.
Well-being (kesejahteraan hidup) adalah
sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri,
dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan
dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna,
serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Menurut Mcgrath &
Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih
tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya
lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial
yang lebih bertanggung jawab.
Koneksi Antar materi Pembelajaran Sosial
Emosional (PSE) dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut
Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap peserta didik. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru dapat
melayani pemenuhan kebutuhan peserta didik, karena pembelajaran berdiferensiasi
berakar dari apa kebutuhan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Menciptakan
lingkungan belajar yang “mengundang’ peserta didik untuk belajar.
Pembelajaran social emosional dibutuhkan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Mempersiapkan kesadaran diri untuk sepenuhnya hadir baik fisik maupun pikiran pada pembelajaran. Pengelolaan diri untuk mengelola emosi dan fokus pada tujuan yang akan dicapai. Keterampilan social untuk berempati, saling menghargai dalam menyelesaikan tugas. Keterampilan berelasi untuk bekerja sama dan berbagi peran dalam kelompok agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Serta kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dalam berbagai permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran yang berdiferensiasi.
Dengan penguasaan keterampilan social
emosional yang baik serta pembelajaran yang berdiferensiasi, maka murid akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai
dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan
belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam
diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi
mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar. Jika
kebutuhan belajar murid terpenuhi, dan keterampilan sosial-emosional dapat
dikuasai, maka well being akan tercipta.
Sumber:
Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi (Pendidikan Guru Penggerak)
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional (Pendidikan Guru Penggerak)